MATA INDONESIA, JAKARTA – Presiden Kedua Indonesia Ssoeharto memiliki kisah yang tidak akan pernah habis untuk dibicarakan, mulai dari kelahiran, jabatan, hingga kematiannya.
Sebagai presiden yang menjabat paling lama di Indonesia, menjadikan Soeharto selalu terkenang di masyarakat hingga saat ini. Sebelum meninggal, ia tercatat berkali-kali keluar masuk rumah sakit sejak tahun 1999 hingga tutup usia pada tahun 2008.
Berikut 5 fakta menjelang kematian Presiden Soeharto
1. Ceritakan Mimpi Aneh
Ketika dirawat di rumah sakit, mantan Presiden ke-2 RI ini menceritakan sebuah mimpi aneh yang ia alami sebelum tutup usia. Soeharto terbangun dari tidur sore karena bermimpi tengah menonton gamelan yang ramai. Tetapi aneh, menurutnya semua penyanyinya merupakan orang Sunda. Keluarga Soeharto tertawa saat ia menceritakan mimpi ini.
2. Permintaan dan Kata-kata Terakhir
Makan pizza dan berfoto bersama anaknya merupakan permintaan terakhir Presiden Soeharto sehari sebelum tutup usia. Dalam hal ini, ia juga sempat mengucapkan kata-kata, “teruskan apa yang sudah bapak lakukan, membantu masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita. Jaga baik-baik yayasan yang bapak bentuk. Manfaatkan sebanyak-banyaknya untuk membantu masyarakat.”
3. Makam Mistis
Penjaga makam keluarga presiden kedua, Astana Giribangun menjelaskan kesakralan mitos makam Soeharto. Menurutnya, beberapa hal mistis terjadi sebelum penggalian makam, suasana pemakaman kala itu sangat redup, tak ada awan, ditambah hembusan angin yang pelan. Ia juga menyebutkan beberapa bulan sebelum kematian Soeharto terjadi longsor mendadak di bawah Perbukitan Astana Giribangun, ketika cuaca sedang tidak buruk.
4. Menderita Berbagai Penyakit
Presiden Soeharto pertama kali terserang penyakit stroke ringan pada tahun 1999. Ini merupakan gejala awal sebelum berbagai penyakit lainnya menggerogoti tubuh Soeharto yang berujung dengan kematian, seperti usus buntu, pendarahan di usus, kesulitan komunikasi verbal, dan sesak nafas sampai harus memasang alat picu jantung. Soeharto tercatat berkali-kali keluar masuk rumah sakit pasca stroke ringan yang ia derita tahun 1999.
5. Tegangnya Para Dokter yang Tangani Soeharto
Tim dokter kepresidenan menyebutkan telah berjuang selama 24 hari sampai akhirnya pasrah dengan kematian mantan orang nomor satu di Indonesia ini. Sabtu malam 26 Januari 2008, kondisi Soeharto stabil, suplai oksigen dari alat bantu pernapasan 30 persen, tekanan darah normal. Namun, pada hari berikutnya dokter berkata kondisinya tiba-tiba memburuk. Tekanan darah turun drastis sehingga diberi obat-obatan. Batang otak sudah tidak mampu merespons sampai tim dokter terus memutar otak untuk menolong Soeharto.
Para dokter yang berjumlah 36 orang menyebutkan bekerja di bawah tekanan saat menjalankan perawatan.
“Kami semua takut salah karena yang ditangani adalah mantan presiden. Apalagi media menyorot setiap tindakan yang dilakukan,” kata Munawar salah satu tim dokter kepresidenan. (Maropindra Bagas/R)