MINEWS, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan tetap di zona hijau pada lanjutan perdagangan Selasa, 26 November 2019. Kemarin, rupiah ditutup di posisi Rp 14.075 atau naik tipis 0,07 persen.
Untuk hari ini, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan mata uang garuda akan bergerak menguat tipis di kisaran Rp 14.055 hingga Rp 14.105 per dolar AS.
Ia mengatakan penguatan rupiah hari ini masih akan dibayangi oleh sejumlah sentimen yang datang dari luar maupun dari dalam negeri di antaranya sebagai berikut.
Pertama, ada sentimen positif datang dari rencana damai dagang antara AS dan Cina. Para investor mencerna komentar dari Presiden AS Donald Trump yang mengatakan akan ada pertemuan dengan Cina dalam waktu dekat dan ia juga diperkirakan tak akan menandatangani RUU demokrasi Hongkong sebagai bentuk ‘tak ikut campur’ urusan kenegaraan Cina.
“Ini meningkatkan harapan bahwa kedua belah pihak akan menandatangani kesepakatan perdagangan segera,†ujar Ibrahim sore ini.
Kedua, adanya peningkatan output manufaktur AS pada data yang dirilis pada bulan November ini. Selain itu, aktivitas layanan juga meningkat, menurut analisis IHS Markit, karena kedua indeks berada pada level tertinggi sejak April.
Ketiga, soal Brexit. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang dari Partai Konservatif mengatakan akan ikut serta dalam jajak pendapat menjelang pemilihan 12 Desember mendatang. Ia pun berjanji untuk menyelesaikan Brexit dan membawa kesepakatan untuk meninggalkan Uni Eropa kembali ke parlemen sebelum Natal.
Sementara dari internal, sentimen yang menjadi pendorong laju rupiah datang dari upaya BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Di mana, pemerintah dan BI sudah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan perekonomian yang sempat meredup akibat gejolak global akibat perang dagang fase I antara AS dan China yang belum jelas serta Brexit.
“Selain itu, BI hari ini juga melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi dalam perdagangan DNDF membawa berkah bagi mata uang garuda walaupun data eksternal yang negatif sehingga mata uang rupiah di awal pekan kembali menguat dan penguatan ini menjadi yang terkuat di Asia,†kata Ibrahim.