Peringatan Maulid Nabi Dimulai Saat Perang Salib

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut sebagai Maulid Nabi telah menjadi tradisi bagi umat Islam di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Dan tahukah kalian, bahwa awalnya peringatan maulid ini dimulai pada saat Perang Salib II?

Begini ceritanya. Pengagas pertama acara maulid ini adalah Sultan Salahuddin al-Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah. Salahuddin adalah jenderal dan pejuang Muslim Kurdi yang berasal dari Tikrit, Irak.

Keberaniannya dalam memimpin perang ketika itu dikenal oleh berbagai kalangan.

Saat itu, Salahuddin sedang berperang menghadapi Pasukan gabungan dari beberapa negara dari seluruh Eropa.

Untuk membangkitkan semangat pasukannya, Salahuddin kemudian mengumpulkan semua pasukan dan menceritakan kembali riwayat Nabi Muhammad SAW.

Kisah Nabi Muhammad SAW dan perjuangannya sangat banyak dan perlu menjadi teladan. Terutama, perjuangan saat Rasul dan pasukannya berperang melawan musuh Allah.

Kisah-kisah Rasulullah SAW terkait dengan perang. Tujuh perang besar Rasulullah, yaitu Perang Badar, Uhud, Ghatafan, Khandaq, Khaibar, Mu’tah, dan Hunain.

Setelah menceritakan kisah-kisah Rasulullah SAW, Salahuddin menjadikan kegiatan tersebut sebagai sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban untuk menyelamatkan umat Islam terutama merebut Yerusalem.

Dampaknya terlihat positif dengan kemenangan Salahuddin.

Ia berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem dengan mengalahkan pasukan Salib. Setelah perang tersebut, peringatan Maulid Nabi Muhammad kemudian terselenggara pula oleh penguasa Islam di Timur Tengah.

Di antara penguasa lain yang menggelar kegiatan serupa, seperti Malik Muzhaffar Abu Said yang menjadi penguasa di Irbil, Irak.

Hingga kini, tradisi peringatan Maulid Nabi SAW tetap bertahan. Kegiatan tersebut, antara lain, bertujuan untuk membesarkan nama Nabi Muhammad SAW dan meneladani sirahnya.

Namun kisah awal mula peringatan Maulid Nabi juga masih banyak yang memperdebatkan. Beberapa kalangan menolak bahwa maulid Nabi berawal dari Shalahuddin. Hal ini karena tak ada catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib.

Menurut beberapa pakar sejarah Islam, pelopor peringatan dan perayaan Maulid Nabi adalah Dinasti Ubadiyyun atau Dinasti Fatimiyah. Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah Islam mengatakan, para khilafah Fatimiyah memang memiliki banyak perayaan sepanjang tahun.

Antara lain perayaan tahun baru, hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi, maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra, perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban, perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun baru Persia), dan lainnya.

Asy Syekh Bakhit Al Muti’iy, seorang mufti dari Mesir, dalam kitabnya Ahsanul Kalam juga menyebut, yang pertama kali mengadakan perayaan maulid, adalah Al Mu’izh Lidnillah (keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah.

Selain mereka, dalam beberapa buku sejarah juga tercantum bahwa Dinasti Fatimiyah memang yang memulai perayaan Maulid Nabi. Sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir.

Dua tahun setelah masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni sekitar tahun 1171, Dinasti Fatimiyah runtuh.

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini