Pemerintah Optimalkan Modifikasi Cuaca untuk Atasi Bencana Hidrometeorologi

Baca Juga

JAKARTA – Pemerintah terus memperkuat langkah mitigasi bencana dengan mengoptimalkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) guna mengurangi risiko banjir dan longsor akibat curah hujan tinggi. Strategi ini terbukti efektif dalam mengendalikan intensitas hujan agar tidak terkonsentrasi di wilayah rawan bencana, sekaligus memastikan ketersediaan air di waduk dan bendungan.

Dalam mendukung upaya ini, Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma TNI Ardi Syahri, menegaskan kesiapan TNI AU dengan alutsista yang tersedia.

“Kami menyiapkan pesawat CN295 dan C212 yang dapat digunakan untuk operasi modifikasi cuaca. Sinergi dengan BNPB dan BMKG sangat penting dalam memastikan efektivitas upaya ini,” tegas Ardi Syahri.

Pelaksanaan TMC dilakukan dengan menaburkan garam (NaCl) ke dalam awan hujan menggunakan pesawat. Metode ini bertujuan memicu hujan lebih awal di lokasi yang aman seperti di laut atau waduk, sehingga dapat mengurangi potensi banjir di kawasan pemukiman padat penduduk dan daerah rawan longsor.

Langkah antisipasi terus dipersiapkan oleh BNPB seiring dengan prakiraan cuaca ekstrem yang masih berlanjut. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa operasi TMC dapat kembali dilakukan jika curah hujan tinggi berlanjut dalam beberapa pekan ke depan.

“Berdasarkan prakiraan BMKG, curah hujan tinggi diperkirakan terjadi pada pertengahan Maret 2025. Jika diperlukan, BNPB akan kembali menggelar operasi TMC untuk menekan risiko bencana,” ungkap Abdul Muhari.

Selain sebagai upaya mitigasi bencana, modifikasi cuaca juga menjadi strategi penting dalam menjaga ketersediaan air di waduk dan irigasi pertanian. Keberhasilan metode ini dalam beberapa tahun terakhir menjadi bukti bahwa pemerintah serius dalam mengatasi dampak buruk perubahan iklim terhadap lingkungan dan masyarakat.

Kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia, terutama Jawa Barat, menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan TMC. Ketua BMKG, Dwikorita Karnawati, mengatakan bahwa modifikasi cuaca akan diprioritaskan di wilayah ini karena tingginya risiko banjir, terutama di daerah pegunungan yang menjadi sumber aliran air ke hilir.

“Hujan lebat diprediksi berlangsung hingga 11 Februari, sehingga diperlukan modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas hujan,” ujar Dwikorita Karnawati.

Strategi modifikasi cuaca dilakukan dengan menurunkan hujan sedikit demi sedikit sebelum mencapai wilayah berisiko, sehingga mampu mengurangi dampak buruk bencana terhadap masyarakat dan infrastruktur. Dengan sinergi kuat antara BMKG, BNPB, dan TNI AU, pemerintah memastikan upaya mitigasi terus dioptimalkan demi keselamatan rakyat serta meminimalkan risiko bencana di masa mendatang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tekad Kuat Pemerintah Berantas Judi Online Demi Ruang Digital Sehat

OIeh : Veritonaldi )* Pemerintah terus menunjukkan komitmen yang kuat dalam memberantas praktik judi online yang semakin meresahkan masyarakat. Langkah-langkah...
- Advertisement -

Baca berita yang ini