Jarum Suntik itu Membunuh Janis Joplin

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sore itu, Paul Rothschild, produser band Full Tilt Boogie Band dengan vokalis perempuannya, Janis Joplin, panik. Ia sibuk mencari Joplin yang mendadak menghilang dari studio rekaman.

Ia pun mendatangi Landmark Motor Hotel, tempat Joplin menginap. Cooke tiba di hotel sekitar pukul tujuh malam. Ia melihat mobil Joplin terparkir di halaman depan. Ia segera masuk hotel, menuju kamar Joplin. Pintu diketuk, tak ada jawaban. Sekali lagi diketuk, masih tak ada jawaban. Cooke mulai was-was. Ia turun ke bawah dan meminta pengurus hotel, Jack Hagy, membuka kamar Joplin dengan paksa. Pintu berhasil dibuka. Kesunyian menyelimuti seisi ruangan.

Mata Cooke mencari-cari di mana Joplin. Hingga akhirnya, di satu titik, Cooke menemukan Joplin terbaring di atas tempat tidur. Bibirnya berdarah, hidungnya patah. Di lengan kirinya terdapat banyak bekas suntikan jarum. 4 Oktober 1970, vokalis yang terkenal karena suara seraknya itu tewas karena overdosis.

Janis Joplin adalah bintang rock di zamannya. Ia penyanyi dahsyat. Joplin juga seorang pemberontak. Majalah Vogue, pada 1968, mendefinisikan Joplin sebagai “perempuan paling hebat di dunia”.

Pemberontakan adalah nama tengah Joplin. Ia seringkali mendapat masalah karena kelakuannya. Seperti pada tahun 1969, ketika ia sedang tour di Tampa, Florida. Ia ditangkap karena performancenya mencaci maki penonton dengan kata-kata kasar dan tak pantas. Polisi mendendanya sebesar USD 200. Joplin pun terlibat penggunaan narkoba jenis heroin. Terkadang ia mabuk saat bernyanyi.

Lahir pada 19 Januari 1943 di Port Arthur. Janis Joplin tumbuh di lingkungan keluarga kelas menengah. Sayangnya, masa kecil hingga remaja tidak terlalu nyaman. Ia punya tubuh yang gemuk dan jerawatan.

Akibatnya, teman-teman sekolahnya menjadi Joplin sebagai bahan lelucon. Ia sering di bully oleh kawan-kawannya dari sekolah dasar hingga menengah. Tak heran, ia memilih tidak bergaul dan menyendiri.

Di fase inilah ia mulai mengenal musik blues, membaca sastra, dan menulis puisi. Joplin tergila-gila dengan dunia seni. Dan seni menjadi alat pemberontakannya.

Salah satu caranya adalah mewarnai rambutnya. Ia mengenakan pakaian pria. Ia tampil di depan publik membawakan satu-dua lagu dengan gitar akustiknya. Suaranya khas, meski mendapat bullyan, ia juga banyak mendapat pujian.

Setamat SMA, Joplin pindah ke Texas. Suasana kampus ternyata sama dengan sekolah menengahnya. Ia belajar seni di University of Texas at Austin dan tetap menjadi sasaran bully.

Yang membuat Janis Joplin sakit hati saat ia tampil di cover majalah satire kampus. Joplin mendapat anugeran sebagai ‘pria paling jelek di universitas. Ia marah dan muak. Ia keluar dan memilih pindah ke San Francisco untuk merintis jalan hidup yang baru.

Di kota ini, barulah Joplin menemukan identitasnya. Ia sering nongkrong di bar-bar dan bertemu dengan sejumlah musisi lokal. Mulai dari Jefferson Airplane maupun Grateful Dead. Joplin banyak berdiskusi dengan mereka. Ia belajar berbagai jenis musik, dari rock psikedelik sampai blues. Vokalnya pun turut terasah seiring waktu.

Pada 1967, sejumlah musisi yang sering nongkrong di bar mengaet Joplin untuk menjadi vokalisnya. Nama bandnya Big Brother and the Holding Company. Mereka mengeluarkan album debut self-titled. Materi album ini begitu bernas. Senyawa rock dan psikedelik di keseluruhan lagu, menyatu lengkap. Majalah Rolling Stone memuji album ini dan menyebutnya sebagai album Janis Joplin.

Album rekaman mereka laris. Band ini bersama Joplin mulai konser di sejumlah panggung-panggung besar seperti Monterey Pop Festival. Di hadapan puluhan ribu pasang mata, Joplin sukses bikin heboh. Kesuksesan Big Brother and the Holding Company, catat The Telegraph, berlanjut pada 1968. Album mereka, Cheap Thrills, yang menawarkan aroma blues, terjual jutaan kopi. Nomor-nomor seperti “Ball and Chain” sampai “Piece of My Heart” meledak di pasaran.

Dua kesuksesan tersebut mengerek pamor Joplin. Ia menjadi bintang besar, ikon rock and roll yang baru, dan sederet puja-puji lainnya. Newsweek, pada 1969, menjadikannya sampul majalah dengan tajuk bertuliskan, “Rebirth of Blues.”

Di balik itu semua, Joplin sebetulnya hanya ingin menegaskan kepada kawan-kawan dan kedua orangtuanya bahwa ia lebih berhasil dari yang lain. Ia menjadi penghibur dan pesohor dan terkenal di seluruh dunia. Tak ada yang menyangka jika orang yang dulu mereka ejek menjadi terkenal.

Penulis: Keshatita

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintahan Prabowo-Gibran Berkomitmen Mewujudkan IKN Sebagai Kota Ramah Lingkungan

Oleh: Dewi Ambara* Indonesia kini memasuki era baru dengan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Dipimpin oleh Presiden...
- Advertisement -

Baca berita yang ini