Anak Sulung Nonton Bioskop Pertama Kali, Rachel Vennya Sewa Satu Studio

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Rachel Vennya untuk pertama kalinya mengajak anak sulungnya Xabiru Oshe Al Hakim menonton film di bioskop.

Melalui unggahan di laman media sosial Instagramnya, Rachel Vennya bagikan momen keseruan selama nonton layar lebar bersama anaknya.

Begitu niatnya membahagiakan hati sang putra sulung, mantan istri Okin ini menyewa satu studio untuk dinikmatinya.

“Hari ini hari pertama abang nonton bioskop untuk pertama kalinya, kita booking satu studio buat abang dan temen-temen,” ujarnya di stori Instagramnya.

Rachel pun mengatakan bahwa dirinya sudah ingin mengajak anaknya menonton film di bioskop sejak kecil, namun ia urungkan karena ingin menciptakan kenangan yang berkesan bagi Xabiru.

“Dari kecil gatel banget pgn ajak ke bioskop tapi pengennya memorable jadi harus pas abang udah gede, ngajak temen2 sekolah dan sahabat2 abang!” ujarnya.

Dalam unggahannya Rachel Vennya juga menjelaskan alasannya menyewa satu studio untuk anaknya yang baru pertama kali menonton film di bioskop.

“Sewa satu studio karena ini pertama kali abang nonton bioskop, abang belum tau rules nonton bioskop kaya gimana,” ungkapnya.

“Karena yang nonton kerabat-kerabat deket jadi ga ganggu dan ga enakan sama penonton lain kalo abang berisik atau gimana,” sambungnya.

Walaupun menyewa satu studio, Rachel Vennya tetap ingin anaknya menonton film yang sesuai dengan umurnya.

“Yang paling penting tontonannya juga sesuai umur abang, kebetulan udh nonton yg pertama dan kedua dirumah,” jelasnya.

Rachel Vennya juga mengajak sahabat-sahabat dan teman-temannya serta Xabiru, namun ia tidak mengajak anak bungsunya lantaran menurutnya anak keduanya tersebut masih belum mengerti.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Rachel Vennya Roland (@rachelvennya)

“Adik ga aku ajak nonton, krn menurutku adik belum bisa nonton 87menit pasti bosen dan rewel jadi tunggu sampe adik umur 5 tahunan,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini