MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia tidak mengalami seperti Sri Lanka karena kondisinya jauh lebih baik, tetapi kita tetap harus belajar dari negara tersebut agar tidak jemawa dan lengah.
Hal itu diungkapkan pakar ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali dalam keterangannya, Selasa 21 Juni 2022.
Pasalnya jumlah utang Indonesia pada Februari 2022, menurut Rhenald, sudah mencapai Rp 7014,58 Triliun.
Angka itu meningkat dari 300 -an persen dari utang publik Indonesia pada 2014 yang baru Rp 2.608,7 Triliun.
“Jadi memang jumlah utang kita meningkat, hanya saja patut kita syukuri karena PDB kita juga meningkat,” ujar Rhenald.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani rasio utang Indonesia terhadap PDB mencapai 39,9 persen.
Bahkan dengan penerimaan negara yang masih kuat hingga kini rasio itu justru turun menjadi 38 persen terhadap PDB.
Sementara rasio utang Sri Lanka terhadap PDB nyaris 100 persen atau 99,5 persen.
Kondisi itu, menurut Rhenald, diperparah dengan minimnya pemasukan akibat harga komoditas ekspor Sri Lanka seperti teh, kopi, karet dan rempah-rempah harganya jatuh.
Sedangkan harga komoditas ekspor Indonesia sedang mengalami kenaikan seperti batubara, CPO dan barang tambang tertentu.
Apalagi Pemerintah Gotabaya Rajapaksa di Sri Lanka sedang menerapkan kebijakan yang populis karena baru menjabat sebagai presiden pada 2019.
Akibatnya dia menurunkan target pajaknya sehingga pendapatan negara itu menurun, apalagi program pariwisatanya juga tidak berhasil menarik wisatawan.
Situasi bertambah parah saat negeri itu dihantam pandemi yang memaksa Sri Lanka terus mencairkan utang, meski pendapatan negara tidak naik signifikan.
Menurut Rhenald, kondisi itu sangat mirip dengan Indonesia pada 1997-1998 yang berujung pada kerusuhan massa.
Saat ini, Sri Lanka sedang menghadapi gelombang kerusuhan massa setiap hari seperti Indonesia 25 tahun lalu.
Rhenald menilai hal tersebut bisa saja terjadi di Indonesia jika pemerintah tidak berhati-hati mengelola utang.
Apalagi ditambah sikap masyarakat lebih senang menyulut perpecahan daripada bersatu mencari solusi.