MATA INDONESIA, JAKARTA-Peningkatan kasus harian covid-19 akibat varian Omicron sejauh ini tak mempengaruhi harga saham. Hal itu dikatakan pengamat pasar modal Budi Frensidy.
Selain itu, kata dia, selama kapasitas rumah sakit masih mampu menampung pasien covid-19 dan angka kematian cenderung sedikit per harinya, peningkatan kasus harian covid-19 akibat Omicron juga tak akan mempengaruhi harga saham.
Jumlah kasus harian terkonfirmasi positif covid-19 di Tanah Air pada Kamis 3 Februari 2022 kemarin bertambah 27.197 kasus, sementara terdapat 5.993 orang sembuh dan 38 orang meninggal dunia akibat virus tersebut.
Adapun DKI Jakarta melaporkan pasien baru terbanyak yaitu 10.117 pasien dan tambahan kematian terbanyak yaitu 23 orang.
Budi berpendapat saat ini masyarakat mulai beradaptasi dengan covid-19 tersebut, apalagi mengingat masifnya vaksinasi di Tanah Air sehingga membuat masyarakat lebih percaya diri.
Meski begitu, ia mengharapkan pemerintah tak kembali menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat yang ketat seperti saat varian Delta merebak pada tahun lalu.
“Jika mobilitas kembali dibatasi dan dalam waktu berminggu-minggu, mungkin akan ada sedikit sentimen negatif di bursa,” katanya.
Menurut dia, beberapa sektor yang akan mengalami sedikit koreksi saham jika adanya pembatasan yang lebih ketat yakni ritel, jalan tol, dan beberapa industri otomotif.
Dengan demikian, pergerakan harga saham kini belum akan signifikan meski ada kenaikan kasus covid-19 dan akan lebih ditentukan oleh laporan keuangan para emiten yang mulai keluar pada bulan depan.
Kendati begitu, Budi mengingatkan sentimen dari global masih tetap membayangi harga saham Indonesia, seperti rencana kenaikan bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), turunnya permintaan global akan komoditas andalan Indonesia, dan kemungkinan perang AS-Rusia.
Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi dibuka menguat 14,09 poin atau 0,21 persen ke posisi 6.697,943. Saat berita ini ditulis, IHSG pun masih menguat ke level 6.713,26.