MATA INDONESIA, TOKYO – Nama Tokugawa Leyasu di Jepang cukup melegenda. Ia adalah shogun pertama dari Keshogunan Tokugawa Jepang, yang secara efektif memerintah Jepang sejak tahun 1600 hingga datangnya Restorasi Meiji di tahun 1868.
Lahir dari seorang panglima perang kecil di Okazaki, Jepang, Tokugawa Ieyasu (1543-1616) kemudian bergabung dengan keluarga Imagawa. Ia berlatih militer dari keluarga ini dan akhirnya membentuk kelompok sendiri. Awalnya Tokugawa Ieyasu tidak memenuhi syarat untuk menjadi seorang Shogun. Hal ini karena ia bukanlah seorang keturunan Klan Minamoto. Demi mencapai keinginannya, ia memalsukan garis keturunannya dan mengaku-ngaku kalau ia berasal dari Klan Minamoto.
Dia kemudian bersekutu dengan Keluarga Nobunaga dan kemudian Toyotomi Hideyoshi. Perlahan-lahan dengan gabungan kekuatan dua keluarga ini, ia berhasil memperluas kepemilikan tanahnya melalui serangan yang berhasil terhadap keluarga Hojo di timur.
Setelah berhasil mengalahkan keluarga Hojo, Tokugawa berbalik menyerang keluarga Toyotomi. Tak hanya itu, ia pun berhasil menaklukan beberapa wilayah yang melakukan pemberontakan.
Karena semua keluarga sudah takluk oleh Tokugawa Leyasu, ia pun mendirikan Keshogunan Tokugawa dan membentuk pemerintahan.
Pemerintahan Keshogunan Tokugawa merupakan puncak dari penyatuan seluruh wilayah Jepang menjadi satu negara yang utuh.
Era pemerintahan Keshogunan Tokugawa penyebutannya sering menggunakan istilah Zaman Edo. Hal ini karena pusat pemerintahan mereka yang berada di Kota Edo. Atau yang saat ini lebih terkenal dengan nama Tokyo. Keshogunan Tokugawa memimpin Jepang selama lebih dari 200 tahun.
Menurut sejarah Jepang, Shogun merupakan diktator militer yang memerintah negara melalui sistem feodal. Shogun merupakan kependekan dari Sei-i Taishogun yang berarti Panglima Tertinggi. Selama tujuh abad Shogun memerintah atas Jepang dan terdapat beberapa keluarga berbeda sampai berakhir di era keluarga Tokugawa.
Periode pemerintahan Keshogunan Tokugawa dimulai pada tahun 1603 hingga kejatuhan mereka pada tahun 1868. Sebuah periode yang cukup panjang untuk sebuah kekuasaan dalam satu wilayah.
Pada masa pemerintahan Tokugawa, Jepang secara penuh menutup diri dari pengaruh asing. Walaupun begitu, Jepang masih bisa tumbuh, terutama dalam sektor ekonomi mereka. Pemerintahan Tokugawa saat itu memaksimalkan pendapatan mereka melalui produksi pertanian dengan mengutamakan tanaman pokok berupa beras, minyak wijen, nila, tebu, murbei, tembakau, dan kapas.
Salah satu alasan pemerintahan Tokugawa menutup diri dari pengaruh asing adalah untuk menghentikan penyebaran agama Kristen di Jepang. Saat Keshogunan Tokugawa terdapat sekitar 300 ribu umat Kristen yang semakin berjalannya waktu penganutnya semakin berkurang. Hal ini karena perlakuan shogun yang cukup kejam untuk memberantas agama Kristen.
Selain itu, sejak awal pemerintahan, rezim Tokugawa fokus pada perbaikan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik. Sistem politik pada era Keshogunan Tokugawa adalah sistem politik Bakuhan. Di mana dalam sistem ini memungkinkan seorang Shogun untuk memiliki otoritas nasional, sedangkan Daimyo memiliki otoritas regional.
Pada umumnya, setiap wilayah memiliki penguasa militernya masing-masing, yang disebut Daimyo. Namun, mereka semua akan tunduk pada satu pemimpin militer tertinggi yang berstatus Sei-i Taishogun. Pada masa Keshogunan ini, posisi Kaisar Jepang hanyalah sebagai simbol. Sedangkan untuk kekuasaan pemerintahan dipegang oleh para Shogun.
Pada masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang terbagi menurut sistem kelas. Pembagian kelas ini berdasarkan pada pembagian ala Toyotomi Hideyoshi. Kelas-kelas tersebut meliputi,
- Kelas Samurai yang berada pada hierarki paling atas
- Petani
- Pengrajin
- Pedagang.
Pemberontakan sering terjadi diakibatkan pembagian sistem kelas yang tidak memungkinkan orang untuk berpindah kelas.
Akhir dari Keshogunan Tokugawa ada pada masa pemerintahan Tokugawa Yoshinobu. Ia menyerahkan kekuasaan negaranya pada Kaisar Jepang pada tahun 1868. Penyerahan kekuasaan tersebut karena kalahnya pasukan militer Shogun Tokugawa saat melawan pasukan Kekaisaran.
Reporter: Desmonth Redemptus Flores So