Wow, Kemewahan Brunch Para Ekspat di Dubai Seharga Rp10,8 Juta Per Orang!

Baca Juga

MATA INDONESIA, DUBAIBrunch, sebutan untuk kombinasi sarapan dan makan siang yang biasa dilakukan pada pagi menjelang siang. Bagi ekspat, hal ini bukanlah makanan biasa.

Beberapa kota di dunia yang mempunyai populasi ekspatriat yang besar, biaya makan prasmanan dengan anggur tak terbatas tersebut bisa mencapai ratusan USD!

Salah satu orang yang menyukai tradisi brunch adalah Robyn Coughlan. Ia merupakan warga Skotlandia yang pindah ke Dubai, Uni Emirat Arab, untuk bekerja di industri minyak dan gas. Pengetahuannya mengenai brunch sudah ada bahkan sebelum dirinya tiba di Dubai.

“Brunch ada di mana saja, mustahil Anda berada di Dubai namun tidak mendengar atau melihat iklannya,” kata Coughlan, seraya menambahkan bahwa baginya brunch adalah waktu untuk bersosialisasi dengan teman-teman dan memanjakan diri dengan makanan dan minuman di hotel mewah.

“Itu adalah kegiatan yang paling disukai saat akhir pekan di sini, jadi saat Anda tiba, dijamin Anda pasti akan diundang ke salah satu brunch,” sambungnya.

Brunch dikenal dengan kemewahannya. Di Dubai, kegiatan brunch dengan sajian prasmanan yang berisi beragam wine mahal dan champagne tanpa batas, dapat berlangsung hingga beberapa jam.

Kegiatan ini biasa disajikan di hotel berbintang lima dan berbagai restoran kelas atas di kota itu, biasanya juga menghadirkan hiburan langsung di acaranya. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan ini bisa mencapai 800 USD atau setara dengan Rp10,6 juta per orang. Wow!

Brunch mewah yang ada di kota-kota dengan populasi eskpat yang besar seperti Dubai, Hong Kong, Singapura, dan Mumbai, menawarkan tempat untuk bertemu orang-orang, memperluas jaringan, dan memperkenalkan diri. Brunch juga dapat menjadi ajang mengkonsumsi alkohol yang aman bahkan bagi daerah-daerah yang memiliki hukum alkohol ketat.

Selain Robyn Coughlan, perempuan asal Italia, Monica Metzger, juga membagi pengetahuannya mengenai brunch. Ia juga telah pindah ke Dubai dan bekerja di industri perhotelan.

Metzger bercerita bahwa brunch sudah berkembang sejak dia tinggal di sana selama beberapa tahun yang lalu.

“Brunch pada awalnya berskala kecil dan terfokus pada makanan prasmanan dengan minuman yang dapat ditambah terus menerus namun cenderung tanpa suasana… begitu selesai brunch, orang-orang akan pulang ke rumah,” kata Metzger.

Selama itu, brunch telah berevolusi menjadi acara yang lengkap disertai hiburan. Beberapa diantaranya memiliki smorgasbords, yaitu prasmanan ala Skandiavia dengan berbagai makanan lezat yang disiapkan oleh para koki berkelas dan disertai minuman anggur dengan kualitas terbaik.

Beberapa di antaranya juga penuh hiburan dengan tema sirkus keliling, aktivitas untuk anak-anak serta penampilan kelompok musik. Mereka yang menikmati acara bahkan terkadang tetap tinggal hingga pesta lanjutan yang berlangsung sampai subuh pada keesokan harinya.

Seorang pendiri dan editor direktoti online Mr & Mrs Brunch UAE yang pindah dari Inggris ke Dubai, Adrian John, juga turut membagi pengalamannya mengenai brunch. John berkata bahwa dirinya telah merasakan brunch di banyak negara, namun “Dubai sungguh memberikan pengalaman gastronomi hingga ke tingkatan tertinggi.”

John juga berkata jika brunch adalah bagian yang penting dalam kehidupan ekspat. “Mereka melambangkan upacara penerimaan setiap ekspat ke dalam komunitas dan menjadi solusi yang mudah untuk acara ulang tahun, pernikahan, dan memperkenalkan anak baru ke lingkungan sosial yang mereka harapkan.”

“Solidaritas diantara sesama ekspat lebih diinginkan dibandingkan kesendirian yang sepi dan pemikiran rindu akan kampung halaman,” sambungnya.

Brunch bisa diartikan tagihan dalam jumlah besar, di mana alkohol tanpa batas dapat mencapai ratusan ribu USD. Seperti misalnya di hotel JW Marriott, di Kota Mumbai, brunch paling mewah di kota itu menawarkan harga senilai 60 USD atau Rp790 ribu per orang.

Untuk makanan yang ditawarkan lengkap dari berbagai benua, dengan anggur champagne yang tak terbatas, begitu juga anggur dari seluruh dunia. Para pelanggannya merupakan orang-orang terkaya di kota itu dan para ekspat yang menghabiskan waktu luang mereka beberapa jam di sana pada akhir pekan.

Berbeda lagi di Hong Kong, Mercedes Me, sebuah dealer Mercedes-Benz bercampur dengan restoran, menawarkan brunch dengan tapas (kudapan) ala Jepang, Peru, dan Spanyol dengan makanan penutup seharga 75 USD atau Rp1 juta, dengan tambahan anggur champagne yang tak terbatas seharga 40 USD atau Rp500 ribu.

Di Dubai, brunch berlimpah biasanya disajikan pada Jumat. Penawaran brunch di sini, dibawa pada level yang berbeda. Misalnya, The Westin Dubai Mina Seyahi yang menawarkan brunch seharga 180 USD atau Rp2,5 juta. Sajiannya lengkap dengan alkohol tak terbatas, meja tempat memasak langsung, ahli sulap, akrobat dan lukisan wajah untuk anak-anak.

Di restoran makanan laut Dubai Pierchic, harga yang ditawarkan lebih tinggi lagi, yaitu seharga hampir 800 USD atau Rp10,6 juta per orang untuk brunch Laurent Perrier Grand Siècle. Meski harga yang ditawarkan sangat mahal, brunch seperti ini tidak sepi pelanggan.

“Jika memesan a la carte (sesuai daftar menu) untuk setiap makanan dan minuman yang dikonsumsi selama brunch, tagihan yang diberikan akan jauh lebih besar daripada harga paket. Dan hal ini berlaku di Dubai, karena harga minuman beralkohol sangat mahal,” kata Metzger.

Dalam hal pertimbangan budaya, brunch di Dubai menawarkan navigasi kota yang memiliki hukum alkohol yang ketat. Bagi seorang muslim, tidak diizinkan untuk minum alkohol di Dubai, sedangkan bagi para non-muslim meminum alkohol diizinkan hanya pada tempat-tempat tertentu.

Para ekspat ditawarkan brunch yang aman untuk minum alkohol, meski ilegal untuk minum di luar batas properti hotel yang diizinkan. Para ekspat di Dubai banyak yang berkata bahwa jenis brunch seperti ini bukanlah bagian dari budaya di negara asal mereka, sebab mereka biasanya lebih cenderung menghabiskan waktu dengan teman-teman atau keluarga melalui acara makan yang lebih intim.

“Cara yang mudah untuk bertemu teman baru … Memang dengan cepat menciptakan kelompok teman baru di tempat yang jauh dari rumah,” kata Nicola Duncan, menambahkan bahwa kebanyakan ekspat memilih brunch untuk high tea (waktu teh) atau makan malam yang mewah.

“Saat Anda dapat menikmati minuman beralkohol tanpa batas, ditambah makanan mewah dan suasana sosial yang menyenangakan … ini menjadi masuk akal,” katanya.

Reporter: Sheila Permatasari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Tokoh Agama Ajak Masyarakat Jaga Ketenangan Pasca Penetapan Hasil Pilkada

Jakarta - Menyusul penetapan hasil Pilkada Serentak 2024, para tokoh agama di Indonesia mengajak masyarakat untuk menjaga ketenangan dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini