KH Yahya Cholil Staquf Menolak Jabatan Menteri Agama untuk Tujuan yang Lebih Besar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nama Yahya Cholil Staquf mulai ramai dibicarakan menjelang pergantian Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), akhir Desember 2021 ini.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa Gus Yahya sebelumnya pernah menolak jabatan Menteri Agama dari Presiden Jokowi, tahun lalu. Apalagi alasan yang diungkapkannya saat menolak jabatan itu.

Sahabat Yahya Staquf, Najib Azca pernah mengungkapkan alasan Gus Yahya yang disampaikan kepadanya melalui telepon.

“Dengan gaya bicaranya yang khas dia menjawab tangkas: hehehe, kita harus tahu bagaimana caranya ‘bermain.’ Kita harus tahu bagaimana caranya menata untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar… ,” begitu jawaban Gus Yahya kepada sahabatnya yang Dosen Sosiologi UGM tersebut yang sempat dilihat lagi, Sabtu 9 Oktober 2021.

Akhirnya, jabatan itu pun diberikan Presiden Jokowi kepada adiknya, Yaqut Cholil Qoumas.

Saat itu, sulit memahami pernyataan Gus Yahya tersebut. Dengan ketegasannya mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PB NU sekarang semakin jelas maksud tujuan yang lebih besar itu.

Gus Yahya diketahui sudah menyatakan kesediaannya maju dalam pemilihan Ketua Umum PB NU, bahkan sudah mengungkapkannya kepada Ketua Umum yang sekarang KH Said Aqil Siradj.

Padahal diketahui Said Aqil juga maju lagi sebagai kandidat ketua umum dengan alasan tidak ada yang melarang seseorang menjabat ketua umum sebanyak tiga kali.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini