Selamat Beristirahat Arjen Robben

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Arjen Robben, eks bintang timnas Belanda akhirnya menyatakan gantung sepatu alias pensiun dari lapangan hijau.

“Ini keputusan sulit. Keputusan yang telah mengguncang hati dan pikiran saya, kata Robben, seperti dikutip dari Telegraf, Kamis 4 Juli 2019 malam WIB.

Keputusan pensiun ini menyusul salam perpisahan Robben dari raksasa Jerman, Bayern Munchen, setelah mengenakan kostum tersebut selama 8 musim.

Robben sebenarnya berpeluang memakai seragam klub lain, namun ia memutuskan pensiun total sebagai pesepak bola profesional. Apalagi, dirinya juga telah menyatakan pensiun dari timnas Belanda sejak Oktober 2017 lalu.

Dwigelar Liga Jerman dan Piala Jerman yang diraihnya bersama Muenchen pada 2018/2019 menjadi prestasi penutup karier profesionalnya.

Robben menjalani debut profesional bersama tim senior FC Groningen pada 3 Desember 2000 sebagai pemain pengganti pada menit ke-79 laga Eredivisie Liga Belanda melawan RKC Waalwijk.

Sejak itu ia mengembara melakoni 19 tahun karier profesional bersama empat klub lain yakni PSV Eindhoven, Chelsea, Real Madrid dan tentunya Muenchen. Bersama PSV ia menjuarai Liga Belanda 2002/2003 sembari menyabet gelar Pemain Tebaik di musim yang sama.

Pemain dengan lari super kencang ini juga merasakan dua gelar juara Liga Inggris, satu trofi Piala FA dan dua trofi Piala Liga Inggris serta satu gelar juara Liga Spanyol ketika bermain di Madrid.

Karier puncaknya terjadi di Muenchen di mana ia mengemas 144 gol dalam 306 penampilan di semua kompetisi, membantu FC Hollywood delapan kali juara Liga Jerman, meraih lima trofi Piala Jerman serta mengangkat trofi Liga Champions musim 2012/2013.

Di tim Oranje, Robben punya catatan 96 penampilan dan mengantarkan Belanda ke final Piala Dunia 2010. Kariernya di Muenchen ditutup Robben dengan cara manis, mencetak gol dalam kemenangan 5-1 atas Eintracht Frankfurt yang memastikan gelar juara Liga Jerman 2018/2019.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini