MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia bukan satu-satunya negara yang sedang berjuang menurunkan tingginya infeksi varian Delta, mutasi Virus SARS-Cov-2 penyebab Covid19 yang pertama kali ditemukan di India.
Memang Indonesia termasuk satu dari 80 negara dengan konsentrasi varian Delta paling tinggi menurut Jurnalis Data, Katharina Buchholz dalam tulisannya di Statista yang berjudul “Where the Delta Variant Is Gaining Ground.”
Namun ada pepatah “Di atas langit masih ada langit.” Jumlah infeksi varian Delta tertinggi di dunia dalam lima minggu terakhir, menurut data yang dikumpulkan Katharina, adalah Inggris dengan 38.745 infeksi.
Angka itu juga membuat varian Delta telah menjadi sangat dominan karena 96,1 persen menguasai negeri Ratu Elizabeth tersebut.
Sedangkan di Indonesia dalam kurun waktu yang sama ditemukan 183 infeksi varian Delta dan menguasai 92,4 persen peredaran virus.
Dari segi jumlah infeksi Indonesia masih lebih sedikit dari Amerika Serikat yang mencatat 2.579 infeksi varian Delta, Portugal 1.091 infeksi, Jerman 920 infeksi, India 304, Singapura 226 infeksi dan Afrika Selatan dengan 205 infeksi varian Delta.
Begitu juga dari sisi penyebaran, masih lebih baik dari Uganda yang mencapai 97 persen, tentu saja Inggris dengan angka 96,1 persen, dan India dengan 93 persen.
Data yang digunakan Katharina mengacu pada GISAID atau inisiatif global untuk berbagi data virus influenza empat minggu terakhir terhadap 80 negara yang melakukan whole genomic squencing.
Artinya, masih ada negara lain yang tidak terdeteksi karena tidak melakukan genomic squencing tersebut.
Banyak peneliti meyakini varian yang menyebabkan tsunami Covid19 di India tersebut sudah mendominasi dunia saat ini.