Ganasnya Laut Menginspirasi Kreativitas Seniman

Baca Juga

MATA INDONESIA, ISTANBUL – Di lepas pantai Turki terdapat sebuah monumen sementara yang sengaja dibuat untuk mengenang sekitar 4.000 orang pengungsi Suriah yang meninggal dalam perjalanan putus asa mereka mencari tempat aman di Eropa.

Terbuat dari 200 bongkah busa atau Styrofoam dan dihiasi seperti marmer, “Pemakaman Laut” (Sea Cemetary) adalah armada kecil kesedihan yang tak tenggelam.

Dipasang di jangkar, “batuan” mengambang ini terapung oleh arus yang mengingatkan pada kuburan veteran perang. Terukir dengan nama dan usianya, Batu nisan yang mengambang ini sengaja dibuat demikian untuk melambangkan ingatan yang tidak akan pudar, betatapun pahitnya.

Tetapi gambar ini memiliki kekuatan lain. Yaitu menjelaskan tradisi menghormati mereka yang meninggal saat menyeberangi laut.

Laut tidak menghentikan imajinasi seniman dan penulis. Penyair seperti John Milton menulis puisi legendaris ‘Lysidas’ yang menggambarkan keganasan laut yang menelan teman sekolahnya yang tenggelam pada tahun 1637.

Atau lukisan JMW Turner “Peace-burial at sea,” dibuat pada tahun 1801 untuk mengenang rekannya David Wilkie, yang tenggelam di pantai Gibraltar.

Lukisan JMW Turner, Peace-burial at sea
Lukisan JMW Turner, Peace-burial at sea

Demikian pula, Drama yang ditulis William Wordsworth untuk mengenang saudaranya John, yang meninggal pada tahun 1805 memimpin sebuah kapal yang tenggelam di Laut Irlandia. Atau pelukis Prancis Theodore Gericault melukis Rakit Medusa, yang mendapat perhatian setelah dilemparkan ke 132 rakit selama 13 hari pada tahun 1816 setelah sebuah kapal perang tenggelam dalam perjalanannya ke Senegal.

Lukisan Rakit Medusa – Theodore Gericault
Lukisan Rakit Medusa – Theodore Gericault

Dengan latar belakang kuburan di laut, pemandangan es berjudul “The Rest of Hope”, yang dilukis pada tahun 18232 oleh seniman Jerman Caspar Venture Vito Friedrich, menjadi karya yang fenomenal. Dalam karya dramatis Friedrich melihat sebuah kapal terbalik di tengah es Arktik yang berantakan, seperti batu nisan tajam yang menyerupai tanah pemakaman prasejarah.

Sebagian juga terinspirasi oleh perjalanan penjelajah William Parry tahun 1819 untuk menjelajahi Northwest Passage ,visi Friedrich tentang laut yang dingin diubah menjadi mausoleum yang mengingatkan pada fantasi yang seram. Terletak di dekat foto kuburan angkatan laut, The Werck of Hope sangat indah untuk mengingat perasaan kehilangan.

Reporter: Ananda Nuraini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini