MATA INDONESIA, JAKARTA-Selama ini peluang pemanfaatan pelepah dan lidi kelapa sawit dibiarkan begitu saja. Tapi di masa pandemi, pelepah dan lidi memiliki nilai jual yang mumpuni bahkan dilirik oleh pihak asing.
Diketahui, Bumi Lancang Kuning memiliki kebun sawit terluas nasional mencapai 4,02 juta hektare.
“Di tempat lain, lidi kelapa sawit sudah punya nilai ekonomi dan bahkan diekspor. Kenapa yang semacam ini di Riau tidak bisa kita jadikan bernilai ekonomi. Ini yang menjadi awal pemikiran itu,” kata Ketua Umum Pengurus Wilayah Jaringan Pengusaha Nasional (JapNas) Riau, Arif Eka Saputra.
Sementara itu Ketua Harian PW JapNas Riau, Viktor Yonathan mengkalkulasi, jika tiga juta hektare dari luasan sawit yang ada di Riau sudah berproduksi dengan umur di atas delapan tahun, maka potensi pelepah setiap enam bulan yang bisa dimanfaatkan oleh industri mencapai 1,1 miliar batang pelepah.
“Misal setiap enam bulan dari satu batang kelapa sawit itu dibuang tiga pelepah dan satu batang pelepah itu menghasilkan 1 kilogram lidi, maka lidi yang bisa dimanfaatkan sudah 1 juta ton lebih,” katanya.
Saat ini kata Viktor, memang sudah ada yang memanfaatkan lidi sawit ini menjadi uang. “Di Kabupaten Indragiri Hulu sudah ada yang mengusahai ini. Dari dua perusahaan pengepul bisa mendapatkan 17 ton lidi. Harga belinya Rp 2 ribu per kilogram. Lidi itu dikirim ke Pakistan,” katanya.
Sedangkan untuk pemanfaatan pelepah sawit, kulitnya dijadikan bahan kerajinan mebel. Dengan proses pengeringan dan pembersihan, kulit pelepah ini akan kelihatan teksturnya yang bagus. “Sebenarnya, pohon kelapa sawit juga sangat bisa untuk jadi mebel,” katanya.
Ketua Umum JapNas, Bayu Priawan Djokosoetono mengatakan, saat ini dunia usaha harus eksis dan bertahan di masa pandemi COVID-19. “Saat ini yang kita butuhkan adalah kreatif dan inovatif dari pelaku usaha. Dengan melirik dan menghasilkan sektor usaha baru,” katanya.