MATA INDONESIA, JAKARTA – Intoleransi merupakan tahap awal sebelum menuju kepada radikalisme sehingga bila terus dipelihara akan berpotensi melahirkan tindak terorisme. Ketua Badan Pengurus Setara Institute Hendardi menyatakan bahwa wujudnya bisa terlihat dari fenomena bergabungnya beberapa orang ke organisasi intoleran.
“Banyak caranya misalnya dia ikut organisasi yang intoleran apalagi dengan kultur kekerasan dia bisa lebih radikal dari itu,” kata Hendardi kepada Mata Indonesia News, Kamis 18 Februari 2021.
Ia mengambil contoh organisasi intoleran yaitu Front Pembela Islam (FPI). Organisasi ini dinilai diisi oleh orang-orang yang intoleran karena menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya.
Kondisi ini yang berpotensi melahirkan tindakan terorisme karena sejak dini sudah melakukan praktik-praktik intoleran terhadap sesama.
“Dari riset kami atau riset UI kan membuktika bahwa orang FPI bisa berubah wujud menjadi teroris tapi ngga mungkin orang jadi teroris tanpa adanya intoleran,” kata Hendardi.
Hal ini memperlihatkan adanya proses yang linier yakni berawal dari intoleran kemudian berkembang menjadi radikalisme dan berujung pada terorisme. Beberapa pihak juga menyetujui hal ini termasuk Kepala Bidang Intelijen Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Pol Ibnu Suhendra.
Ia menyatakan bahwa intoleransi merupakan embrio dari radikalisme yang menyasar seluruh agama. Akibatnya terjadilah tindakan teror di berbagai tempat mulai dari pengeboman hingga pembunuhan.