Jadi Tradisi, Ini Alasan Meniup Lilin di Hari Ulang Tahun

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Momen ulang tahun bagi sebagian orang ingin dilewati dengan penuh kebahagiaan. Aksi tiup lilin yang ditancapkan di atas kue pun sudah menjadi tradisi, bahkan di seluruh dunia.

Tapi, tahukah Kamu asal mula tradisi ini dimulai? Dilansir dari BrightSide, ada beberapa teori yang mungkin menjelaskan mengapa kita meletakkan lilin di atas kue dan apa arti meniupnya.

Ada yang mengatakan tradisi tersebut dimulai di Jerman pada abad ke-18, untuk merayakan ulang tahun anak sebagai cara untuk melindungi jiwa anak-anak. Beberapa yang lain mengklaim bahwa meniup lilin berasal dari kultus yang berhubungan dengan dewi Artemis, di Yunani kuno, untuk memperingati kelahirannya.

Cara merayakan ulang tahun berbeda-beda menurut budaya dan zaman. Namun, semuanya memiliki bentuk yang serupa, yaitu menempatkan satu atau beberapa lilin di atas kue atau camilan manis.

Jumlah lilin yang diletakkan sama dengan jumlah tahun hidup orang yang ulang tahun. Kemudian lilin dinyalakan dan ditiup untuk memenuhi keinginan atau mengakhiri perayaan.

Lebih lanjut, penggunaan kue ulang tahun adalah kebiasaan di Roma Kuno, tetapi disajikan dalam bentuk kue bolu bundar yang pipih. Barulah pada abad ke-15, di Jerman, toko roti mulai memproduksi kue lapis tunggal untuk merayakan ulang tahun pelanggan.

Selama abad ke-17, kue lapis banyak dan lapisan gula muncul untuk orang-orang dari kelas atas. Setelah revolusi industri, produksinya menyebar ke semua kelas sosial. Dan pada pertengahan abad ke-19 menjadi bagian dari perayaan ulang tahun di beberapa negara Eropa.

Selain itu, ada pula yang menyebut bahwa dulunya peniupan lilin dan perayaan ulang tahun hanya untuk dewa dan pahlawan Yunani. Di Mesir kuno, pesta ulang tahun eksklusif untuk keluarga kerajaan. Kebiasaan ini dipindahkan ke orang Yunani, yang merayakan hari ulang tahun dewa mereka.

Perayaan yang paling populer adalah perayaan dewi Artemis, di mana setiap hari keenam setiap bulan, kue yang dihiasi dengan lilin yang menyala dipanggang untuk menyembahnya. Lilin-lilin dinyalakan untuk membuat mereka bersinar seperti bulan, simbol populer yang terkait dengan Artemis.

Banyak budaya kuno juga percaya bahwa asap membawa doa-doa mereka ke surga. Belakangan, ritual tersebut juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun para pahlawan, bangsawan, dan bangsawan Yunani.

Ritual menyalakan lilin dapat dikaitkan dengan ritus kuno tertentu, yang menggunakan api untuk mengusir roh jahat. Diperkirakan roh-roh ini mengunjungi orang-orang selama hari ulang tahun mereka, jadi mereka harus menghibur mereka dengan gembira dan membuat keributan untuk melindungi mereka dari semua roh jahat.

Orang Jerman mengadopsi meniup lilin pada hari ulang tahun anak-anak untuk melindungi semangat mereka. Setiap kali seorang anak berusia satu tahun lebih tua, dia dibawa ke ruang seperti auditorium sehingga orang dewasa dapat melindungi mereka dari roh jahat.

Menurut dokumen yang ditulis oleh Johann Wolfgang von Goethe yang mendeskripsikan kue ulang tahun, jumlah lilin di atasnya akan mewakili usia orang yang dihormati. Ada juga sebuah buku dari 1753, yang menjelaskan bahwa lilin ditempatkan, dinyalakan, di tepi kue, mengelilingi satu lilin yang disisipkan di tengahnya.

Untuk Swiss pada tahun 1883, setiap lilin mewakili satu tahun lagi kehidupan. Namun, ini tidak akan ditiup sekaligus, tetapi satu per satu, sampai semuanya padam.

Saat ini, orang-orang di banyak negara seperti Inggris, Australia, dan Amerika Serikat membuat permintaan sebelum meniup lilin. Tapi agar keinginannya dikabulkan, tamu harus meniupkannya sekaligus.

Elaborasi atau format kue mungkin berbeda-beda menurut wilayah. Maka, di Tiongkok, mereka menyiapkan roti yang terbuat dari tepung dan gandum yang diisi dengan pasta teratai. Di Korea, mereka mengganti kuenya dengan sup rumput laut. Dan, di Belanda, mereka menyiapkan kue tar buah dengan krim kocok.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Danantara Dorong Kontribusi Program Swasembada Pangan

Oleh: Puteri Mahesa Widjaya*) Indonesia memasuki babak baru dalam upaya mewujudkan kemandirian pangannasional melalui langkah-langkah progresif yang digerakkan oleh Badan PengelolaInvestasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Lembaga ini tampil sebagai simboltransformasi pengelolaan aset negara yang bukan hanya efisien secara ekonomi, tetapijuga berpihak pada kebutuhan strategis bangsa. Dengan visi kuat dan strategi terukur, Danantara membuktikan diri sebagai motor penggerak utama program swasembadapangan. Langkah-langkahnya mencerminkan optimisme masa depan, di mana kekuatandomestik diolah menjadi sumber daya nasional yang berdaulat. Danantara hadir bukansekadar sebagai pengelola investasi, tetapi sebagai garda depan perubahan yang membawa harapan besar bagi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia. Komitmen Danantara terhadap program swasembada pangan mendapat apresiasi dariberbagai pihak, termasuk legislatif. Anggota Komisi VI DPR RI, Subardi, menyampaikan harapan besar agar Danantara dapat menjadi pemimpin dalam penguatan kedaulatanpangan nasional. Ia menegaskan bahwa Danantara memiliki kapasitas kelembagaanuntuk mengonsolidasikan aset-aset negara, termasuk lahan dan alat produksi yang belum terkelola secara maksimal. Menurutnya, banyak aset tanah milik negara, baikyang dikelola BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara, Perhutani, maupun ID Food, yang dapat diberdayakan untuk mendukung ketahanan pangan. Dukungan ini menjadipenguat arah kebijakan Danantara dalam memanfaatkan kekuatan domestik gunamemenuhi kebutuhan strategis bangsa. Salah satu fokus utama Danantara dalam mewujudkan swasembada pangan adalahkonsolidasi aset-aset negara berupa lahan produktif. Melalui identifikasi dan pemetaanulang terhadap lahan-lahan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, Danantara mengambil langkah proaktif untuk menjadikannya sebagai basis produksipangan. Lahan milik negara yang berada di bawah pengelolaan berbagai BUMN kinidiarahkan untuk mendukung pertanian strategis, termasuk komoditas pangan pokokyang selama ini menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hal ini sejalan dengan visijangka panjang pemerintah untuk menjadikan tanah sebagai sumber dayaberkelanjutan demi kesejahteraan rakyat. Tak hanya itu, Danantara juga mengedepankan revitalisasi pabrik dan alat produksiyang tersebar di berbagai wilayah. Dengan menghidupkan kembali fasilitas produksimilik negara, Danantara membangun fondasi industri pangan yang kuat dan efisien. Pabrik-pabrik yang telah dipulihkan akan difungsikan kembali sebagai pusat pengolahanhasil pertanian, gudang logistik, maupun sebagai pusat distribusi bahan pokok. Langkahini akan mempercepat rantai pasok, mengurangi biaya logistik, serta meningkatkandaya jangkau pangan ke seluruh penjuru nusantara. Dukungan Danantara terhadap ketahanan pangan juga ditunjukkan melalui konsolidasisektor pupuk. Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwadalam rencana kerja tahun 2025, industri pupuk menjadi salah satu prioritas utama. Konsolidasi ini mencakup pembangunan dan perbaikan pabrik, serta penyederhanaanproses bisnis agar produksi lebih efisien. Menurutnya, strategi ini bertujuan menurunkanbiaya produksi pupuk dan memastikan ketersediaannya bagi petani di seluruh wilayahIndonesia. Langkah tersebut menjadi bukti nyata bahwa Danantara tidak hanya fokuspada aspek korporasi, tetapi juga pada pelayanan terhadap kepentingan publik secaraluas. Dony juga menjabarkan bahwa Danantara telah menetapkan tiga klaster program utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Ketiga pilar ini menjadi fondasidalam optimalisasi sembilan sektor strategis BUMN, termasuk sektor pangan, pupuk, kawasan industri, dan hilirisasi komoditas. Program kerja ini mencerminkan keseriusanDanantara dalam membentuk sistem industri nasional yang tangguh dan efisien, dengan tujuan akhir mendukung kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional. Untuk memastikan keberlanjutan seluruh inisiatif tersebut, Danantara juga menekankanpentingnya penguatan tata kelola kelembagaan, termasuk di bidang manajemen risiko, legalitas aset, sumber daya manusia, dan keuangan. Pendekatan ini menunjukkanbahwa transformasi yang dilakukan Danantara bukan semata-mata pada sisi fisik atauaset, tetapi juga menyangkut reformasi manajerial yang menyeluruh. Dalam konteks ini, Danantara hadir sebagai wajah baru dari pengelolaan investasi negara yang modern, efisien, dan berpihak pada kepentingan nasional jangka panjang. Langkah-langkah strategis Danantara juga didukung dengan kolaborasi lintas sektor, baik dengan kementerian teknis, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha dankomunitas lokal. Kemitraan yang inklusif ini menjadi kekuatan penting dalammempercepat implementasi program swasembada pangan secara merata di berbagaiwilayah Indonesia. Dengan memperkuat sinergi, Danantara memastikan bahwa setiapelemen dalam rantai nilai pertanian, mulai dari produksi hingga distribusi, dapatberfungsi optimal. Dalam konteks pembangunan nasional, kehadiran Danantara menjadi representasi daritekad bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri. Pengelolaan aset negara yang diarahkanuntuk kebutuhan rakyat merupakan bentuk nyata dari ekonomi berdaulat. Melaluilangkah-langkah konkret yang dilakukan saat ini, Danantara tidak hanya memperkuatsektor pangan, tetapi juga meneguhkan peran strategis BUMN sebagai instrumenpembangunan nasional yang relevan dan berdampak langsung. Dengan arah yang jelas dan semangat kolaboratif yang tinggi, Danantara diyakini akanmenjadi lokomotif baru dalam mewujudkan swasembada pangan yang berdaulat, inklusif, dan berkelanjutan. Indonesia sedang bergerak menuju kemandirian pangan, dan Danantara berada di garda depan perjuangan ini, membawa harapan, solusi, danmasa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Indonesia. *Penulis merupakan Jurnalis Ekonomi dan Investasi
- Advertisement -

Baca berita yang ini