Orangutan Kalimantan, Riwayatmu Kini

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Orangutan merupakan salah satu jenis kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropis Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatra.

Istilah orang utan diambil dari kata dalam bahasa melayu, yaitu orang yang berarti manusia dan utan yang berarti hutan. Orangutan terdiri dari tiga spesies, yakni Orangutan Kalimantan atau Borneo (Pongo Pygmaeus), Orangutan Sumatra (Pongo Abelii), serta Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis).

Untuk Orangutan yang berada di Kalimantan, mereka terbagi menjadi dua, yakni:

Pertama, Orangutan Kalimantan Tengah, mereka mendiami daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dan juga merupakan subspesies Orangutan Borneo yang terbesar. Kedua, Orangutan Kalimantan Timur mendiami daerah Sabah dan daerah Kalimantan Timur.

Biasanya, Orangutan yang berada di daerah Kalimantan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Namun akhir-akhir ini, kondisi Orangutan Kalimantan bukannya semakin baik, melainkan kian memburuk. Keberadaan Orangutan di Kalimantan bahkan telah memasuki tahap kritis.

“Dulu kita bisa bilang Kalimantan masih aman. Populasinya antara 35 ribu – 55 ribu. Tapi setelah survei naik lagi (keparahannya), sekarang sama dengan Sumatera, kritis,” kata pakar orang utan Universitas Indonesia, Rondang Siregar.

Status kritis atau critically endangered ini ditetapkan oleh International Union for Conservation of Nature. Penyebab jatuhnya populasi Orangutan, kata Rondang, masih masalah klasik. Hidup Orangutan terancam sebab habitatnya dirampas untuk kepentingan manusia.

Tahun 2017, laju deforestasi masih di kisaran 97 ribu hektar. Deforestasi membuat habitat Orangutan terfragmentasi.  “Karena terpotong-potong akhirnya keluar dan berkonflik dengan manusia,” ujar Rondang.

Di Kalimantan, perburuan dan perdagangan satwa liar juga marak dilakukan. Padahal, Orangutan sudah dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekososistemnya.

Akibat kehilangan habitat dan perburuan liar, populasi Orangutan di Indonesia pun menurun drastis hingga 50% dalam 20 tahun terakhir.

Reporter: Muhammad Raja A.P

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini