Charlie Chaplin Sang Pelawak Dunia!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – 25 Desember 1977, sang pelawak dunia Charlie Chaplin meninggal dunia. Dunia pun terhenyak. Chaplin adalah legenda lawak dunia. Semua orang saat itu berduka.

Sir Charles Spencer Chaplin meninggal tepat di hari Natal, karena usia tua (88 tahun), di rumahnya yang mewah di Manoir de Ban, Vevey, Swiss.

Isterinya, Oona O’Neil dan ketujuh anaknya – kecuali anak ketiganya Geraldine Chaplin yang sedang membuat film di Spanyol – hadir di sisinya. 70 tahun dia mengabdikan diri dalam dunia komedi, dan selalu saja Charlie Chaplin berkata: “Dari semua itu, hanya menghibur, itulah keinginan saya.”

‘Pencipta film terbesar’, tulis koran Rusia Tass, “dan ciptaannya selalu berdasar kemanusiaan.”

Radio Israel yang sedang menyiarkan siaran langsung kunjungan Perdana Menteri Menachem Begin ke Mesir, menyetop siarannya sebentar untuk mengumumkan bahwa si bekas gelandangan cilik dengan tongkat kecil dan sepatu kebesaran telah pergi untuk selamanya.

Sir Charlie Chaplin adalah komedian, penulis, sutradara dan komposer. Ia dianggap sebagai seniman komik terbesar di layar kaca dan salah satu tokoh penting dalam sejarah film.

Kisah Charlie Chaplin hingga menuju kesuksesannya tak berjalan dengan mulus. Ia pernah bertahun-tahun merasakan penderitaan, hidup miskin hingga menggantikan peran orang tua.

Lahir dari keluarga miskin di Walworth, Inggris, pada 16 April 1889, Chaplin biasa berkawan dengan kesedihan. Semasa sekolah pun ia dianggap underdog.

Chaplin lahir dari orangtua yang bergelut seni pada bidang tarik suara dan akting. Ibunya bernama Hanna Hall atau yang memiliki nama panggung Lily Harley yang merupakan aktris dan penyanyi sedangkan ayahnya merupakan penyanyi dan aktor bernama Charles Chaplin. Charlie Chaplin telah menikah sebanyak 4 kali yakni dengan Mildred Harris (1918), Lita Grey (1924), Paulette Goddard (1942) dan Oona O’Neil (1942).

Di usia 14 tahun Chaplin menghadapi masa-masa sulit bersama ibunya tercinta. Orang tua Chaplin bercerai. Ibunya berjuang seorang diri untuk menafkahi Chaplin dan dirinya sebagai seorang penyanyi. Beban hidup yang amat sulit, mengakibatkan sang ibu akhirnya menjadi gila dan dimasukan kedalam rumah sakit jiwa.

Setelah itu, Chaplin terpaksa tinggal di rumah penampungan orang miskin, lalu bekerja untuk mendapatkan imbalan makan dan tempat berteduh di kawasan Lambeth, London. Setelah tinggal di sana beberapa minggu, Chaplin dimasukkan sekolah asrama penampungan anak terlantar bernama Central London District School di Hanwell.

Charlie dan saudara tirinya Sydney menjelajahi London. Di London mereka menari di jalanan mengumpulkan uang receh dengan menyodorkan topi ke penonton yang melihat aksi mereka. Menggunakan kontak bisnis ibunya, Charlie menjadi seorang penghibur profesional pada tahun 1897 ketika ia bergabung dengan Eight Lancashire Lads, sebuah pertunjukkan tari bakiak. Setelah itu, ia mendapatkan peran kecil dalam Williwam Gillette’s Sherlock Holmes (1899).

Pada tahun 1908 ia bergabung dengan rombongan pantomim Fred Karno. Sejak itu status bintangnya mulai bersinar, saat bermain pantomim yang berjudul The Drunk dalam pertunjukan musik A Night di English Music Hall.

Tahun 1913 Charlie bersama perusahaan Fred Karno keliling Amerika. Ia tampil untuk film komedi Keystone dari Mack Sennet. Mack Sennet terkesan dengan akting Chaplin waktu itu. Sennet memberikan kontrak kepada Chaplin untuk bermain dalam film-film yang diproduksi studio Keystone Film. Making a Living (1914) merupakan penampilan pertama Chaplin di layar perak.

Ia diperintahkan oleh Sennett untuk menghasilkan gambar layar yang indah, Chaplin mengimprovisasi pakaian yang terdiri dari mantel terlalu kecil, celana terlalu besar, sepatu floppy, dan derby babak belur. Sebagai sentuhan akhir, ia menempelkan kumis perangko dan mengadopsi tongkat sebagai penyangga serbaguna.

Setelah menyelesaikan kontrak, Chaplin pindah ke Essanay Company (1915). Penghasilannya pun meningkat. Di sana ia mulai memasukkan unsur-unsur kesedihan dalam komedinya terutama film pendek seperti The Tram (1915) dan Burlesque on Carmen (1915).

Saat bermain di film bisu The Tramp (1915), Chaplin tampil dengan topi derby, kumis persegi, juga sepatu kebesaran. Tanpa berkata-kata pun, penonton tersenyum, bahkan tergelak melihat tingkah polahnya saat berpantomin.

“Sehari tanpa derai tawa adalah sia-sia,” kata Chaplin, suatu kali. Namanya semakin terkenal sebagai aktor merangkap sutradara The Kid (1921) dan City Lights (1931). Berkat Limelight (1952), ia meraih Piala Oscar pertamanya.

Salah satu film Chaplin yang paling berkesan adalah The Gold Rush (1925). Film ini menjadi masterpiece dan  mahakaryanya.

Chaplin merilis film terakhirnya yang dibuat di Amerika, Limelight pada 1952 . Saat melakukan perjalanan ke London untuk pemutaran perdana film tersebut. Petugas imigrasi AS mencegah Chaplin dan istrinya untuk masuk kembali ke AS setelah melakukan tur ke luar negeri.

Akhirnya Chaplin memutuskan untuk pindah ke Swiss. 1972 Chaplin kembali ke Amerika Serikat untuk menerima penghargaan khusus di Academy Awards atas karyanya yang tak terhitung jumlahnya di dunia seni. Chaplin mendapatkan standing ovation selama 12 menit.

Bahtera pernikahannya dengan istri pertamanya Mildred Harris karam dalam dua tahun. Begitu juga pernikahan berikutnya dengan Lita Grey dan Paulette Goddard. Perceraian mereka jadi skandal di Hollywood kala itu.

In the end, everything is a gag,” kata Chaplin, pasrah. Namun ia tak main-main saat beropini politik tentang toleransi dan perdamaian. Laman National Review menyebutkan, Chaplin pernah dianugerahi International Peace Prize dari World Peace Council.

Meninggalnya Chaplin juga mewariskan harta yang cukup banyak. Beberapa bulan setelah ia meninggal, kuburannya diobrak-abrik maling dan jenazahnya dicuri. Namun polisi berhasil menangkap pencurinya.

Dua hari setelahnya, jenazah Chaplin dikubur kembali.

Reporter: Azizah Putri Octavina

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Waspada Ancaman Radikalisme Jelang Pilkada Papua 2024

Jayapura – Masyarakat untuk tetap berhati-hati terhadap potensi munculnya ancaman radikalisme, terorisme serta tindakan intoleransi jelang Pilkada Serentak 2024. Menjelang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini