Simaklah Film-Film Bisu Terbaik Karya Charle Chaplin

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Charles Spencer Chaplin yang lebih dikenal dengan nama Charlie Chaplin. Pria kelahiran 16 April 1889 merupakan komedian asal Inggris dan terkenal dengan film-film bisunya.

Aktingnya dalam layar perak menjadikan salah satu artis pantomim terbaik. Tokoh ini sangat berpengaruh sekaligus kreatif. Ia mampu bekerja sebagai pemeran utama, sutradara, penulis naskah hingga pengisi ilustrasi musik. Untuk mengenang Chaplin kita dapat menonton film yang telah dibuatnya.

Dengan menonton sebuah film akan memberikan kita imajinasi visual dan audio yang bagus. Tahukah kamu sebelum teknologi film berkembang, film dibuat secara bisu tanpa adanya dialog sama sekali? Di era abad 19, teknologi pembuatan film masih sangat terbatas sekali. Pada saat itu film dibuat tanpa dialog atau percapakan pemainnya. Film tersebut hanya mengandalkan musik latar. Terdapat sejumlah film-film bisu Charles Chaplin yang dilansir dari berbagai sumber. Simaklah dibawah ini!

1. City Lights (1931)

City Lights merupakan film komedi romantis yang ditulis, diproduksi, disutradarai, dan diperankan sendiri oleh Charlie Chaplin. Film-film Chaplin jarang menggunakan dialog. Meskipun secara teknis “silent”, City Lights sangat memperhatikan skor yang dibuat sendiri dan efek suara yang dinilai dengan cermat.

Chaplin secara sadar memodernisasikannya, memindahkan lokasi dari dermaga kumuh Limehouse ke hiruk pikuk pusat kota, tempat gelandangan. City Lights merupakan film tentang Chaplin yang jatuh cinta dengan seorang gadis penjual bunga yang buta. Chaplin juga bersahabat seorang jutawan alkoholik.

2. Modern Times (1936)

Film ini adalah karya terbaik Chaplin.  Modern Times juga sangat politis dan untuk pertama kalinya film ini bertema politik yang akan menjadi ciri karya Chaplin selanjutnya.

Film ini menampilkan Little Tramp Chaplin yang berjuang untuk menerima kenyataan bekerja di pabrik. Ia memiliki gangguan mental yang menyebabkan banyak masalah. Chaplin dikirim ke penjara, dan kemudian dibebaskan, dipuji sebagai pahlawan karena secara tidak sengaja menjatuhkan para narapidana. Film ini menampilkan adegan ikonik yang melihat karakter Chaplin terjebak di salah satu mesin pabrik yang menjadi gila. Uniknya, film ini menjadi salah satu karya yang ada suaranya walaupun tak banyak. Karena seperti yang kamu tahu film-filmnya kebanyakan hanya gambar bergerak tanpa suara.

3. The Gold Rush (1925)

The Gold Rush bahkan sampai saat ini merupakan film terbaik dan paling berkesan yang disutradarai oleh Chaplin. Film ini menerima penghargaan Rekaman Suara Terbaik dan Musik Terbaik ketika dirilis ulang pada tahun 1942. Dianggap sebagai film bisu paling terkenal oleh Chaplin. Film ini menceritakan seorang pencari harta yang berusaha menemukan kekayaan emas di Alaska.

4. The Kid (1921)

Sebuah film awal yang menyentuh dan lucu. The Kid menampilkan karakter Chaplin yang merawat seorang anak yang ia temukan di sebuah gang. Saat anak itu tumbuh besar, ia mulai mengikuti jejak Chaplin, menipu orang untuk bertahan hidup. Akhirnya, pihak berwenang mencoba membawa bocah itu pergi. Chaplin yang merasa kehilangan kemudian mencari keberadaan bocah tersebut. The Kid ditunjuk sebagai film yang signifikan secara kultur, sejarah, dan estetika oleh Library of Congress pada tahun 2011. Film ini juga menjadi salah satu film paling populer di tahun 1920 an.

5. Monsieur Verdoux (1947)

Salah satu film paling kontroversial Chaplin, “Monsieur Verdoux”. Film ini sempat drop karena mendapatkan banyak kritikan. Di Eropa, film ini bernasib jauh lebih baik.  Film ini bertema gelap dengan nada satir. Sempat tak laku, tapi saat dirilis ulang tahun 1964, film ini malah menjadi film paling laris.

Reporter: Azizah Putri Octavina

 

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini