Dangdut Koplo Berevolusi, Kok Bisa?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata dangdut? Seringkali musik rakyat ini disebut-sebut sebagai salah satu jenis musik yang norak dan kampungan. Apalagi dangdut koplo terkenal dengan goyangannya yang nyentrik, semakin membuat musik satu ini menjadi kontroversi. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman musik koplo berevolusi menyesuaikan selera generasi kekinian saat ini.

Siapa sangka jika lahirnya dangdut koplo diakibatkan oleh kejenuhan para musisi akan musik dangdut murni pada tahun 2000-an. Perubahan pola irama musik yang semula mendayu digantikan aktifnya pukulan gendang merupakan karakteristik khusus jenis musik satu ini. Dangdut koplo dikenal pula dengan sebutan Dangdut Pantura. Pasalnya, peta persebaran musik alternatif ini diketahui dimulai di daerah Jawa Timur, tepatnya jalur Pantura.

Membludaknya jumlah penggemar dangdut koplo saat itu ditandai dengan munculnya kelompok dangdut koplo serta menggemanya lantunan musik koplo lewat speaker truk-truk yang melintas di sepanjang jalan Pantura. Tak hanya itu, dikutip dari Wikipedia fenomena dangdut koplo ternyata berhasil memikat perhatian hingga memiliki ruang khusus di hati masyarakat. Yogyakarta dan beberapa kota lain di Jawa Tengah pun tak lepas dari daya tarik yang ditawarkan oleh musik koplo kala itu.

Maraknya penjualan VCD bajakan dengan harga yang tak seberapa ikut menyertai naiknya popularitas dangdut koplo. Belum lagi, hadirnya ratu goyang ngebor Inul Daratista yang membawa dangdut koplo sampai ke layar kaca televisi nasional. Sontak saja hal tersebut menjadikan dangdut koplo lebih dikenal lagi oleh masyarakat Indonesia hingga hampir menenggelamkan ketenaran musik dangdut asli.

Lalu, bagaimana dangdut koplo di tengah kalangan millennial saat ini? Terbitnya sederet bintang kenamaan dengan genre musik yang modern tentunya menjadi salah satu hal yang digandrungi oleh kaula muda. Misalnya saja musisi andalan Amerika, Justin Bieber, boyband BTS, dan pelantun musik indie Danila. Nyatanya, musik-musik semacam itu jauh lebih diminati.

Akan tetapi, kemampuan adaptasi yang luar biasa menjadikan dangdut dapat meleburkan unsur musik lain ke dalamnya. Lockard, seorang pengamat musik menyatakan bahwa dangdut layaknya makanan gado-gado yang dapat dicampur-campur.

Misalnya saja Feel Koplo. Nama duo asal Bandung ini pasti sudah sangat tidak asing lagi di telinga anak muda. Lewat paduan musik dangdut koplo dengan aliran musik elektronik, Feel Koplo sukses menembus pasar generasi millennial.

Berbagai lagu populer nasional hingga internasional mereka sulap menjadi versi koplo sehingga lebih disukai oleh banyak orang, sebab memberikan suasana khas abad 21. Feel Koplo dapat menghipnotis para millennial untuk mengubah selera musiknya menjadi koplo hingga berjoget ria dan mengacungkan jempolnya keatas. Alhasil, musik dangdut  yang awalnya didengar dari kampung ke kampung kini berubah haluan menjadi dari café ke café. Begitupula dengan penikmatnya yang kini diramaikan oleh generasi muda zaman sekarang.

Reporter: Ananda Salsabila Nadira

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini