MATA INDONESIA, TOKYO – Seorang musisi asal Jepang sekaligus biksu Buddha, Akasaka Yogetsu memadukan teks dari ajaran Buddha ‘Sutra Hati’ dengan beatbox dan remix seperti disjoki (DJ). Videonya itu pun viral di YouTube.
Di dalam videonya, pria berusia 37 tahun itu selalu memakai jubah formal yang biasa digunakan para biksu Buddha. Dia melantunkan syair religius beriringan dengan musik melalui perangkat beatbox yang disebut Loopstation.
Ide untuk memadukan syair religius dengan beatbox ini muncul saat keadaan darurat yang diberlakukan di Jepang selama wabah virus corona (COVID-19). Selama itulah pekerjaannya sebagai musisi sekaligus biksu berkurang secara drastis.
BACA JUGA: Viral! Bocah Perempuan Pegang Botol Miras Kayak Dugem, Ini Klarifikasi Pembuat Video
“Semuanya dibatalkan. Jadi saya tidak punya pekerjaan, saya tidak punya penghasilan. Dan bagi saya, itu benar-benar menyebalkan, tetapi pada saat yang sama, saya pikir ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk memikirkan diri sendiri atau memikirkan tentang masa depan agama Buddha,” katanya kepada media Perancis.
“Saya mencoba menemukan cara saya sendiri untuk menyampaikan ajaran Buddha kepada orang-orang, tidak hanya di Jepang tetapi juga di seluruh dunia,” lanjutnya.
Diketahui Akasaka telah lama tertarik pada musik dan agama. Dia mulai melakukan beatboxing sekitar 15 tahun yang lalu dan tertarik agama beberapa saat kemudian.
Awalnya menolak saran dari ayahnya yang menjadi biksu Buddha di usia 50-an, ketika Akasaka masih di sekolah menengah. Tetapi setelah dia berusia 30 tahun, Akasaka mulai mempertimbangkan kembali tawaran ayahnya dan memikirkan tentang makna hidup dan mati.
“Di Jepang, sangat umum bahwa putra seorang biksu menggantikan ayah mereka… Jadi ayah saya terkadang bertanya apakah saya ingin menjadi biksu dan menggantikannya. Dan saya selalu berkata tidak, saya tidak tertarik menjadi biksu,” ujar Akasaka.
BACA JUGA: IPK Tinggi, HRD Tolak Pelamar Kerja Gegara Julid ke Ibu Kos di Medsos
Di Jepang, tidak jarang para biksu menjalankan kewajiban agama dan mempertahankan karir non-religius, seperti pekerjaan Akasaka sebagai musisi. Dengan menggabungkan dua hasratnya, dia berharap dapat menawarkan perspektif baru tentang agama Buddha kepada orang-orang yang lebih muda, khususnya di Jepang.
“Kebanyakan dari mereka percaya bahwa ajaran Buddha adalah untuk orang yang sudah meninggal saja. Tapi sebenarnya tidak,” katanya. “Jadi mungkin, jika musik saya menarik minat orang-orang yang lebih muda, itu akan menjadi kesempatan yang baik bagi mereka untuk mengetahui tentang Buddhisme,” pungkasnya.
Lihat videonya di bawah ini!