MATA INDONESIA, JAKARTA – Seniman asal Jawa Timur, Taufik Hidayat atau Taufik Monyong mendadak viral di media sosial. Ia percaya bahwa COVID-19 hanyalah konspirasi dan menantang diri untuk mencium mulut pasien COVID-19.
Hal ini untuk membuktikan jika sudah tak ada lagi virus Corona di Indonesia, khususnya di Jawa Timur dan Surabaya. Sontak, sosoknya langsung viral di kalangan netizen.
Ada dua video, yakni berdurasi 4 menit 45 detik yang diunggah pada Sabtu 6 Juni 2020 dan berdurasi 5 menit 29 detik, pada Minggu 7 Juni 2020. Setelah videonya viral, Taufik Monyong pun dipanggil penyidik Polda Jatim untuk dimintai keterangan.
BACA JUGA: Viral! Kisah Wanita Berkulit Gelap Dihina Mirip Bokong Panci hingga Binatang
Ia menjalani pemeriksaan di ruang penyidik Subdit V Cyber Crime Ditreskrimsus Mapolda Jatim pada Senin 8 Juni 2020. Dalam klarifikasinya, Monyong memaparkan ada news value atau isi berupa nilai-nilai yang hendak disampaikannya. Namun, dia menyebut banyak yang tidak memahami hal ini.
“Kami mohon maaf apa yang saya sampaikan membuat kegaduhan dan salah persepsi dan tidak memahami soal isi atau news value yang ingin saya sampaikan. Nilai ini sebenarnya kalau dibaca secara dalam akan lebih dramatik dan lebih dalam,” kata Monyong saat membuka pernyataannya di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Kamis 11 Juni 2020.
BACA JUGA: Viral! Pengumuman Pecat Anak di Koran, Netizen: Udah Ga Kerja, di-PHK Pula!
Monyong mengaku sengaja membuat video pada tanggal 6 Juni, bersamaaan dengan hari kelahiran Presiden pertama RI, Soekarno. Karena dia ingin mengajak masyarakat kembali ke Pancasila.
“Maka pada tanggal 6 saya berada di Gang Setan, bahasanya kawan-kawan itu di Jalan Tunjungan. Saya menyampaikan bahwa marilah kita kembali ke Pancasila. Percayalah kepada Ketuhanan yang maha esa bahwa yang bisa menyelamatkan kita itu hanya Tuhan. Maksudnya diri kita yang paham betul dan percaya kepada Tuhan,” papar Monyong.
“Jangan kita mengaburkan tentang value nilai ketuhanan itu sendiri agar bangsa itu menjadi bangsa yang adil dan menjadi manusia yang adil dan beradab. Bukan menjadi manusia yang tidak adil dan biadab,” lanjutnya.