Viral! Pria Ini Rela Tukar Mobilnya dengan Tanaman Janda Bolong, Netizen: Pansos Doang!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Di masa pandemi ini, muncul banyak hobi baru yang dilakukan masyarakat. Ada yang melakukannya hanya untuk mengusir kejenuhan semata, namun ada pula yang memanfaatkannya sebagai lahan baru untuk mendapatkan pundi-pundi tambahan.

Hobi bercocok tanam yang mendadak marak dilakukan masyarakat di masa pandemi ini membuat harga beberapa tanaman melambung tinggi. Tak terkecuali untuk tanaman janda bolong yang sedang tren saat ini. Salah satu yang tertarik dengan tanaman itu ada pria satu ini.

Aksinya viral di sosial media karena melakukan transaksi dengan pedangan tanaman janda bolong. Tak tanggung-tanggung pria yang mengaku sebagai kolektor ini rela menukar mobil Totota Avanza miliknya dengan tanaman tersebut.

Dalam keterangan unggahan yang diposting akun @medsoskediri pada Sabtu 14 Novemebr 2020, menuliskan kejadian tersebut terjadi di Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kediri.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by KEDIRI (@medsoskediri)

“Heboh, di Kediri sebuah transaksi barter antara sebuah mobil dan kembang. Sebuah unit avanza barter dengan tanaman hias berupa pilo dan caladium oleh seorang kolektor dengan bakul kembang,” tulis akun itu memberi keterangan.

Dalam unggahan itu juga terlihat sang pembeli dan penjual sepakat dengan transaksi barter ini. Mereka bersalaman sembari memperlihatkan tanaman tersebut dan mobil beserta surat-suratnya.

Unggahan itu tentu memancing banyak komentar netizen. Ada yang menganggap hal tersebut hanya setting-an belaka, ada pula yang mengatakan aksi pria itu hanya untuk panjat sosial (pansos).

“Permainan pasar,” kata akun @rahadiyan28.

“Pansos doang, biar viral,” kata akun @meirita_sst30.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini