Viral! Pedagang di Bojonegoro Buang-buang Makanan di Depan Satpol PP, Netizen: Emane Rek!

Baca Juga

MATA INDONESIA, BOJONEGORO – Viral di media sosial salah satu penjual nasi di Bojonegoro, Jawa Timur, membuang dagangannya ke jalanan. Rupanya, pedagang itu tak terima saat di tertibkan oleh Satpol PP.

Video itu beredar di media sosial dan salah satunya dibagikan oleh akun Facebook bernama Yuni Rusmini pada Senin 8 Juni 2020. Dalam video yang beredar, terlihat petugas Satpol PP memperingatkan penjual nasi Anugerah Terindah.

Peringatan itu diberikan lantaran dagangan penjual tersebut berada di bahu jalan. Kericuhan pun terjadi ketiga petugas hendak mengamankan meja yang digunakan pedagang warung nasi untuk berjualan.

“Saya sudah izin,” kata pemilik warung.

BACA JUGA: Viral! Video Lama Aurel dan Azriel Ngaku Jadi Saksi Perselingkuhan Krisdayanti

Dengan nada keras, pemilik warung juga mengatakan bahwa dirinya telah menyewa lapak dan taat membayar pajak. Namun, kendati demikian, petugas tetap menyita satu meja yang kemudian diangkut ke atas mobil patroli.

Hal tersebut tampaknya membuat pedagang dan karyawannya emosi. Mereka kemudian membuang-buang makanan dagangannya ke jalanan.

https://web.facebook.com/100048637565127/videos/147465340218051/

Sontak, aksi tersebut pun menjadi tontonan warga sekitar dan para pengguna jalan. Terlebih saat itu banyak warga yang tengah melakukan olahraga pagi di sekitar Alun-Alun Bojonegoro.

Banyak warganet yang menyayangkan aksi tersebut lantaran banyak orang di luar sana yang tidak bisa makan. Menurutnya, marah boleh, tapi harus tetap dengan kepala dingin

“Marah bole tp ttp hrs kepala dingin…tu nmx prbuatan mubazir…masi bnyk org yg g bs memenuhi kbutuhan harian trutama makan,” kata Gokiels Abizz.

“Emane rek , daripada dibuang mending di bagi2 kan,” komentar Mami Phirra.

Sementara itu, adapula warganet yang meminta solusi kepada pemerintah setempat sebagai gantinya. “Kalau ngak boleh jualan kasih biaya hidup kalian mereka,di mana akal sehat,” tulis Muhsin Husin.

“Di kasih jln keluarnya ,klo tgal di rmh gak kena corona tpi kelaparan ujungnya yah meninggal,” kata Kar Miyati.

BACA JUGA: Viral! Jenazah Positif Covid-19 Keluar dari Peti, Keluarga Emosi Salahkan Tim Medis

Sementara itu, Menanggapi hal itu, Kepala Satpol PP Kabupaten Bojonegoro Arif Nanang mengatakan, kericuhan terjadi saat salah seorang pedagang tak terima diperingati anak buahnya.

“Anggota kami dengan persuasif untuk memberikan teguran dan peringatan sejak lama tapi warung Anugrah ini tidak mengindahkan, meskipun yang lainnya sudah mau tertib,” ujar Arif Nanang saat dikonfirmasi.

Pihaknya sendiri telah menyampaikan dan mengingatkan setiap hari supaya pemilik warung Anugrah Terindah tidak menempatkan jualan atau dagangannya maju ke depan dan di bahu jalan namun masih saja begitu.

“Jadi untuk efek jera biasanya kita ambil meja atau kursinya nanti bisa di ambil lagi di kantor satpol, tapi justru ngamuk – ngamuk dan membuangi makanan ke jalan,” kata dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini