MINEWS, JAKARTA-Video gradasi warna laut di Selat Madura sempat membuat heboh para netizen di media sosial. Pasalnya, terlihat jelas bahwa air laut di Selat Madura itu terbelah, nah, berikut penjelasan pakar mengenai fenomena tersebut.
“Faktor cuaca menentukan, anomali karena dampak badai matahari terjadi kemarin menyebabkan intesitas hujan melebihi batas normal. Sehingga aliran air dari hujan yang ke laut sangat mempengaruhi kadar garam,†ujar dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Bambang Semedi Ph.D, Kamis 21 Maret 2019.
Bambang mengatakan fenomena gradasi warna air laut itu disebabkan salinitas (kadar garam) yang berbeda. Warna yang berbeda semakin jelas terlihat karena sinar matahari.
“Jadi selain karena anomali cuaca hujan terus-menerus, debit air hujan meningkat dan bermuara ke laut, mengakibatkan adanya perbedaan kadar garam. Sinar matahari memperjelas perbedaan warna di kedua permukaan, karena massa jenis air, ” katanya.
Jika arus air laut tak begitu kuat, kata dia, maka fenomena itu akan lebih lama terjadi. Tetapi Selat Madura memiliki karakteristik arus yang cukup kuat, sehingga perbedaan pada permukaan air laut tak begitu berjalan lama.
Halocline disebut sebagai kawasan atau zona vertikal di dalam laut di mana kadar garam berubah dengan cepat sejalan dengan perubahan kedalaman air laut. Perubahan kadar garam mempengaruhi kepadatan air sehingga kawasan yang terjadi berfungsi sebagai dinding pemisah antara air asin dan air tawar. Ketika dua jenis air tersebut bertemu maka terbentuklah Halocline.
Bambang berpendapat, fenomena terjadi di Selat Madura kurang tepat jika disebut halocline. Karena halocline hanya terjadi secara vertikal. Sedangkan yang sedang terjadi di Selat Madura adalah peristiwa pertemuan-pertemuan massa air yang berbeda densitasnya (massa jenis air).
“Satu sisi memiliki densitas yang lebih ringan, karena pengaruh air hujan (tawar) dari daratan, yang satunya memiliki salinitas (kadar garam) berbeda,” katanya.