Miris! Putri Keraton Yogyakarta Dikatain Kampungan Gegara Ucapkan ‘Makasih’ saat Kunjungi Jakarta

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Cuitan dari salah satu putri Keraton yogyakarta, GKR Hayu, yang disebut kampungan saat berada di Jakarta menjadi viral. Tangkapan layar dari cuitan GKR Hayu itu diunggah ulang oleh berbagai platform media sosial dan menjadi perbincangan netizen.

Cuitan itu sebenarnya sudah lama dibuat, tepatnya 30 Juni 2018. Namun, akun Twitter @txtdrkaumbengek mengunggah cuitan dari GKR Hayu pada 4 Juli 2021 lalu dan kemudian menarik perhatian dari netizen.

Akun tersebut menuliskan, “Anjir mereka gatau aja kak hayu ini siapa” sembari menyematkan emoji menangis.

Cuitan yang dibagikan menampilkan tulisan GKR Hayu yang bercerita soal pengalamannya waktu di Jakarta pada 2018. Kala itu, GKR Hayu menyebrang jalan di ibu kota dibantu oleh satpam.

GKR Hayu kemudian mengucapkan terima kasih kepada satpam yang telah membantunya itu. Namun, rasa terima kasihnya itu justru mendapat ejekan dari sekelompok orang yang ada di belakangnya.

“Nyebrang dr Plaza Senayan ke Senayan City ngucapin ‘makasih pak’ sama tiap satpam yg nyebrangin. Diketawin gerombolan di belakang. Bisik2 ngatain kampungan,” tulis putri Keraton Yogyakarta itu di akun Twitternya, @GKRHayu.

GKR Hayu terheran-heran dengan sikap gerombolan orang tersebut. Padahal kebiasaan baik terseebut adalah bentuk sopan santun dan tata krama.

“That’s called manners ma fren, were you raised by wolves? [Itu namanya tata krama teman-teman, dulu kalian dibesarkan serigala?],” tulisnya.

Postingan lama dari GKR Hayu itu pun viral. Tak sedikit netizen yang miris karena ucapan ‘terima kasih’ GKR Hayu itu malah disebut kampungan.

“bisa-bisanya yg bilang makasih dibilang kampungan,” komentar @hi_h***chan.

“Oalah pantes, ternyata ini salah satu alasan kenapa munculnya kalimat “semakin jarang orang mau mengucapkan maaf, terimakasih, tolong” ya karena ini mungkin, dikatain kampungan, cobain deh ke desa tanpa senyum makasih, abis tu dicap tetangga,” kata @It****jrul.

“Aku kalo ke mall dan pas dipel atau disapu, otomatis bilang permisi Krn kebiasaan dari asrama. Pernah diliatin kampungan, tapi biarin aja. Orang lakuin hal bener kan, jadi tak usah didenger,” tulis @sw****60.

“Kenapa ya jadi beradab kadang masi dikonotasikan kampungan? Emg itu udah kewajiban mereka tp ‘makasi’ dr kita tu bisa bgt jadi penyemangat mereka bikin mereka merasa lebih dihargai. Skrng jadi paham nyenengin org lebih susah drpd nyakitin,” kata @l****junii.

“Bukannya harus di biasain ya bilang makasih..
Enak banget loh di denger, kayak ngehargain banget apa yang orang lain lakuin gitu..
Aku kalo lagi beli minum pas nerima kembalian selalu bilang makasih, dan kalo orderan udah di ambil juga bilang makasih lagi.. Enak di dengernya,” komentar @N****Asli_.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini