Meninggal Tahun 2017, Curhatan Calon Hafiz yang Disiksa Petugas Asrama Viral Lagi

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Kisah seorang calon hafiz yang meninggal akibat disiksa oleh petugas asrama dan sempat viral di Malaysia 2017 lalu kembali menjadi sorotan publik, khususnya Indonesia.

Melansir dari World of Buzz, nama calon hafiz yang sudah meninggal itu adalah Mohamad Thaqif Amin Mohd Gaddafi. Thaqif adalah bocah asal Malaysia yang mendapat perlakuan buruk dari seorang petugas asrama di sekolahnya.

Akibatnya, Thaqif yang berusia 11 tahun menderita infeksi bakteri mengerikan yang diduga karena pemukulan yang ia terima dari petugas itu. Infeksinya menyebabkan gumpalan darah yang merusak kakinya hingga menyebabkan keduanya diamputasi.

Sayangnya, kondisi bocah itu semakin memburuk, dan lengannya juga akan namun operasi itu akhirnya dibatalkan karena detak jantungnya yang tidak stabil. Thaqif pun akhirnya meninggal.

Sejak itu, foto-foto buku harian bocah itu telah muncul secara online, mengungkapkan catatan terakhirnya sebelum ia meninggalkan sekolah dan jatuh sakit. Catatan tersebut merinci pelecehan yang dia alami ketika dia terdaftar di sekolahnya.

‘Besok, aku ingin memanggil ibuku. Saya ingin mengatakan kepadanya bahwa saya ingin pindah karena kemarin saya dipukul. Tanpa alasan. Dia mengatakan kepada saya untuk mencuci nampan tetapi itu bukan giliran saya, tetapi dia terus memaksa saya untuk melakukannya. Saya mencuci cangkir saya,” tulis Thaqif.

“Setelah aku mencuci cangkirku dan ingin meletakkannya, dia meninju pantatku,” ungkapnya.

Taqif muda kemudian menulis, “Aku tidak tahan lagi. Ya Allah, tolong buka hati orang tua saya, Ustaz Afdol dan Sheikh Fahmi untuk memungkinkan transfer saya besok. Tolong beri saya harapan saya, ya Allah. Amin. ”

Satu set catatan lain juga ditemukan di al-Qur’an pribadi bocah itu, yang mengungkapkan tujuan dan harapan pribadinya untuk masa depan.

Taqif ingin menjadi Huffaz, yang merupakan orang yang telah sepenuhnya menghafal Al-Qur’an secara keseluruhan. Ia pun membuat daftar cara-cara bagaimana dia bisa mewujudkannya dengan menuliskan kata-kata bernada dorongan.

“Aku ingin menjadi Huffaz dalam dua tahun. Saya tahu saya bisa melakukannya. Anda bisa melakukannya, Taqif!”

“Dengarkan orang tuamu, sembahyang lima kali sehari, dan hafalkan surah yang lebih mudah terlebih dahulu.”

Sayangnya, bocah malang itu tidak pernah berhasil mewujudkan tujuan hidupnya. Kami berharap keluarganya dapat mengatasi kehilangan tragis mereka.

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini