Bleaching Rambut Sendiri, Wanita Alami Luka Bakar hingga Harus Cangkok Kulit

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Seorang wanita di Inggris, Annaliese Fox, menderita luka bakar kimia yang mengerikan setelah mencoba memutihkan rambutnya (bleaching) sendiri. Ia berniat menghemat biaya mewarnai rambutnya namun malah berujung tragis.

Seperti diketahui, biaya mewarnai rambut di salon tidaklah murah. Annaliese mengatakan dia ingin menghemat $ 200 (sekitar Rp 2,8 juta) untuk memutihkannya di salon dan membeli pemutih bubuk $ 10.99 (sekitar Rp 150 ribu) sebagai gantinya.

Dia pun memutuskan untuk mengoleskan campuran bleaching rambut itu dan membungkus rambutnya dengan sebelum pergi keluar untuk membeli pewarna rambut dari toko terdekat.

Setelah sekitar satu jam mengoleskan pemutih rambutnya, dia merasa kulit kepala dan lehernya terasa sangat panas.

“Aku mulai panik dan berlari ke kamar mandi di toko dan merobek bungkus cling off dan kepalaku benar-benar memiliki uap dari itu. Panas sekali sampai aku tidak bisa mengikat rambutnya untuk mencoba mencuci pemutihnya dan kerannya sangat rendah,” kata Annaliese.

Annaliese kemudian bergegas pulang pergi ke bawah pancuran air dingin, tetapi kulitnya sudah rusak.

Malamnya, dia pergi ke rumah sakit tempat dokter mengatakan bahwa dia mengalami luka bakar kimia tingkat tiga dan mungkin perlu cangkok kulit untuk sembuh.

Dia kemudian menyarankan wanita lain untuk tidak menempatkan diri mereka dalam risiko dengan memutihkan rambut mereka sendiri, dan membayar seorang profesional untuk melakukannya.

“Itu adalah keputusan yang bodoh dan Anda pasti tidak boleh melakukannya, itu tidak layak sama sekali dan Anda dapat merusak rambut Anda. Aku kehilangan separuh rambutku dan aku tidak tahu seberapa banyak akan tumbuh kembali atau seberapa buruk bekasnya. Itu hal paling traumatis yang pernah saya alami,” ungkapya.

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini