Waspada Corona! Kemenkes Singapura Imbau Warganya Bersihkan Ponsel

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Wabah virus corona atau covid-19 membuat masyarakat di berbagai negara ketakutan sehingga terus melakukan pencegahan, di antaranya menggunakan masker dan sering mencuci tangan juga sering kali dilakukan.

Namun, ada yang terlewatkan dan itu merupakan hal yang penting untuk menghindari virus yakni membersihkan layar handphone. Hal ini pun menjadi perhatian Direktur layanan medis di Kementerian Kesehatan Singapura, Kenneth Mak.

Mak mengatakan masyarakat sebaiknya lebih waspada dengan apa yang mereka sentuh. Bagi Mak, barang yang saat ini sering disentuh adalah ponsel. Jadi, penggunaan masker sebenarnya tidak penting.

Berbagai penelitian ilmiah telah menemukan bahwa smartphone mengandung lebih banyak kuman daripada kursi toilet. Hal tersebut didasarkan pada realita bahwa ponsel kerap kali menjadi barang yang sering dipegang, bahkan pada saat ke toilet, yaitu tempat semua kotoran berkumpul.

Karena itu, cara yang paling cepat untuk membatasi kontaminasi virus yaitu dengan menghindari pembawaan atau penggunaan ponsel ke dalam toilet. Terlebih lagi, dalam penggunaannya ponsel kerap kali menyentuh mata, hidung, dan bibir, yaitu lokasi yang menjadi poin kunci virus corona menginfeksi tubuh manusia.

Menurut sebuah studi tahun 2018 oleh empat peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, membersihkan ponsel dengan perangkat pembersih UV smartphone adalah metode paling efektif untuk membunuh kuman.

Studi tersebut juga menekankan bahwa celah antara ponsel dengan kasing mengandung lebih banyak bakteri daripada layar, sehingga perlu untuk lebih diperhatikan.

Selain itu, penggunaan larutan alkohol juga dianggap efektif. Ahli mikrobiologi, Charles Gerba, mengatakan bahwa larutan alkohol ini dapat dibuat di rumah dengan menggabungkan 60 persen air dengan 40 persen alkohol gosok.

Proses pembersihannya yaitu dengan menyeka telepon menggunakan kain microfiber, kapas, atau bantalan kapas yang dibasahi dengan sedikit campuran.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini