Vaksinasi Tingkatkan Perekonomian Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia sudah mulai melakukan vaksinasi virus corona sejak 13 Januari 2021. Orang yang pertama kali disuntik vaksin buatan Sinovac adalah Presiden Joko Widodo.

Di saat yang bersamaan, sejumlah pejabat, tokoh agama, organisasi profesi, serta perwakilan masyarakat turut mendapat suntikan vaksinasi virus corona. Terbaru, pemerintah mengadakan vaksinasi bagi para pedagang di Pasar Tanah Abang –yang merupakan pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Vaksinasi pedagang di Pasar Tanah Abang dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama dilaksanakan pada 17-12 Februari 2021 dengan total 9,729 orang dan dilaksanakan di blok A, B, F, dan G. Sementara tahap kedua akan dilaksanakan pada 22-24 Februari 2021 dengan total 2,267 orang di lima titik di sekitar Pasar Tanah Abang.

Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) berharap pemerintah terus melakukan vaksinasi bagi para pedagang pasar. Ketua Umum Akuminfo, Ikhsan Ingratubun mendukung penuh kerja keras yang dilakukan pemerintahn.

“Kita mengapresiasi program pemerintah untuk melakukan vaksinasi pada pelaku pasar, karena dampak COVID-19 pada perekonomian bangsa ini cukup besar bagi pedagang-pedagang pasar atau pelaku usaha mikro,” kata Ikhsan Ingratubun, Rabu, 18 Februari 2021.

Ikhsan mengatakan, program vaksinasi ini memiliki hasil yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ikhsan juga optimistis bahwa tahun ini, sektor perekonomian Indonesia mengalami peningkatan.

“Mudah-mudahan dengan program vaksinasi ini di kuartal I 2021, perekonomian kita bisa masuk ke tren positif,” ucap Ikhsan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini