MINEWS.ID, JAKARTA – Hingga Juni 2019 utang luar negeri (ULN) yang dicatat Bank Indonesia (BI) tambah menjadi 391,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.540 triliun jika menggunakan kurs tengah BI yang Rp 14.141 per dolar AS.
Jika dibanding tahun lalu berarti naik 10,1 persen. Namun bank sentral memastikan struktur ULN Indonesia tetap sehat dan aman.
Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir kuartal II 2019 sebesar 36,8 persen. Angka itu bahkan dinyatakan masih lebih baik dibandingkan rasio pada kuartal sebelumnya.
Pengelolaan utang juga dinilai masih dalam koridor yang baik, sebab utang pemerintah diprioritaskan membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif.
Sementara meski utang swasta tumbuh lebih tinggi dari pemerintah, pertumbuhan pada akhir kuartal II 2019 tersebut lebih rendah dibandingkan akhir kuartal I 2019 yang mencapai 13,3 persen. Perlambatan ULN swasta disebabkan oleh meningkatnya pembayaran pinjaman oleh korporasi.
Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara, serta sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen.
Indikator masih amannya ULN Indonesia, karena secara struktur tetap didominasi utang luar negeri berjangka panjang dengan pangsa 87 persen dari total ULN.
Menurut keterangan tertulis BI, pemerintah bakal terus meningkatkan koordinasi untuk memantau utang tersebut. Selain itu prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya dan meminimalkan risiko sangat dikedepankan.