MATA INDONESIA, ISTANBUL – Turki mengangkat masalah Muslim Uighur selama dialog dengan Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi di Ankara pada Kamis (25/3). Menlu Turki, Mevlut Cavasoglu mengatakan, ratusan Muslim Uighur memprotes perlakuan pemerintah Cina terhadap kerabat mereka di Xinjiang.
Menlu Wang Yi juga bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, ketika sekitar 1,000 demonstran berkumpul di Istanbul sambil meneriakkan “Diktator Cina”, “Hentikan Genosida di Uighur”, dan “Tutup Kamp di Sana.”
Beberapa demonstran terlihat mengibarkan bendera biru-putih yang merupakan simbol dari gerakan kemerdekaan Turkestan Timur – nama yang digunakan oleh gerakan tersebut untuk Xinjiang.
“Kami di sini untuk menanyakan mengenai keluarga kami. Mengapa kami tidak bisa berhubungan dengan keluarga kami? Apakah mereka masih hidup atau sudah mati?” kata Imam Hasan Ozturk.
“Di mana mereka? Apakah mereka ada di kamp atau di luar?” sambung Imam Hasan, demonstran Uighur, melansir Reuters, Jumat, 26 Maret 2021.
Para aktivis dan sekitar 40 ribu Muslim Uighur yang tinggal di Turki telah meningkatkan upaya untuk menyoroti penderitaan di wilayah Xinjiang dengan mengadakan protes rutin di Istanbul maupun Ankara.
Namun, mereka khawatir akan kedekatan Ankara dan Beijing. Kekhawatiran tersebut dipicu oleh ketergantungan Turki pada Cina untuk vaksin COVID-19. Di mana Turki mendapatkan 15 juta dosis dari Sinovac Biotech dan telah memesan puluhan juta lebih vaksin.
Pekan ini, Turki menerima 1,4 juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh BioNTech Jerman, batch signifikan pertama dari vaksin non-Cina.
Pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan setidaknya 1 juta Muslim Uighur ditahan di pusat penahanan di wilayah Xinjiang, barat laut Cina.
Amerika Serikat mengatakan pada Januari bahwa Cina telah melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan dengan menindas Muslim Uighur. Namun, Cina membantah tuduhan pelanggaran di Xinjiang.
Negeri Tirai Bambu juga menegaskan bahwa kamp ataupun kompleks yang dididirikan di wilayah Xinjiang merupakan tempat pelatihan kejuruan untuk membantu membasmi ekstremisme dan gerakan separatisme Islam.
Sementara juru bicara Kedutaan Cina mengatakan, Muslim Uighur yang telah mengadakan protes rutin di dekat tempat diplomatik Cina di Turki dalam beberapa bulan terakhir berusaha menipu warga dan pemerintah Turki serta merusak hubungan kedua negara.