MATA INDONESIA, ILLIONIS – Pemimpin kelompok milisi supremasi kulit putih asal Illionis, Amerika Serikat, Emily Claire Hari yang mendalangi pengeboman sebuah masjid di Minnesota tahun 2017 menjalani sidang putusan.
Emily Claire Hari, yang sebelumnya dikenal sebagai Michael Hari dan baru-baru ini mengatakan bahwa dia adalah transgender dituduh atas lima dakwaan, yakni pelanggaran terhadap hak-hak sipil, kejahatan rasial, dan serangan yang meresahkan masyarakat, termasuk merusak property karena karakter religiusnya dan menghalangi kebebasan menjalankan keyakinan agama.
Hari kini menghadapi hukuman minimal 30 tahun penjara atas serangan terhadap Pusat Islam Dar al-Farooq di Bloomington. Pengacara pembela meminta minimum, tetapi jaksa menuntut hukuman seumur hidup, dengan mengatakan Hari tidak bertanggung jawab atas serangan itu.
“Bom ini – bom terdakwa, adalah tindakan teror yang dimaksudkan untuk menghancurkan hati masyarakat. Terdakwa menghancurkan rasa aman dan damai yang seharusnya disediakan oleh sebuah rumah ibadah,” tulis jaksa di surat kabar yang meminta hukuman seumur hidup. Meskipun ia menuliskan tidak ada yang terluka secara fisik.
Direktur Eksekutif di Dar al-Farooq, Mohamed Omar berharap Hari mendapat hukuman seumur hidup untuk menunjukkan bahwa supremasi kulit putih tidak akan ditoleransi dan orang tidak boleh dirampas kebebasannya untuk beribadah.
“Kami baru saja kehilangan rasa aman. Itu menjadi perjuangan kami,” kata Omar seraya menambahkan bahwa serangan Hari membuat masjid menjadi hot spot untuk pelecehan atau intimidasi dan membuat orang tidak nyaman untuk beribadah.
Beberapa pria berkumpul di Dar al-Farooq untuk salat subuh pada 5 Agustus 2017, ketika sebuah bom pipa dilemparkan melalui jendela kantor seorang imam. Penyelidikan tujuh bulan membawa pihak berwenang ke Clarence, Illinois, sebuah komunitas pedesaan sekitar 120 mil (190 kilometer) selatan Chicago, tempat Hari dan rekan terdakwa Michael McWhorter dan Joe Morris tinggal.
Pihak berwenang mengatakan Hari memimpin sebuah kelompok yang disebut Kelinci Putih yang terdiri dari McWhorter, Morris, dan lainnya. Ketika itu Hari datang dengan rencana untuk menyerang masjid.
Jaksa mengatakan di persidangan bahwa pria berusia 50 tahun itu termotivasi oleh kebencian terhadap Muslim, mengutip kutipan dari manifesto Hari yang dikenal sebagai The White Rabbit Handbook.
Sementara dua rekannya, McWhorter dan Morris, yang menggambarkan Hari sebagai figur ayah, masing-masing mengaku bersalah atas lima tuduhan dan bersaksi melawannya. Keduanya sedang menunggu hukuman.
Awalnya tidak jelas bagaimana kelompok tersebut mengetahui Dar al-Farooq, tetapi masjid itu menjadi berita utama di tahun-tahun sebelum serangan. Beberapa anak muda dari Minnesota yang melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok Negara Islam telah beribadah di sana.
Para pemimpin masjid diketahui tidak pernah melakukan kesalahan. Pengacara Hari menulis dalam pengajuan pengadilan bahwa dia adalah korban misinformasi online tentang masjid.
Sebelumnya Hari mengatakan bahwa kombinasi disforia gender dan misinformasi sayap kanan memicu konflik batin selama dia menjalani hukuman, karena mengebom Pusat Islam Dar Al-Farooq di Bloomington.
Saat dia membentuk kelompok ragtag pejuang kemerdekaan, atau orang milisi, dan berbicara tentang misi ke Kuba dan Venezuela, Hari diam-diam disebut mencari informasi tentang ‘perubahan jenis kelamin’, ‘operasi transgender,’ dan ‘transgender pasca-operasi’ di Internet.
Kejaksaan menggambarkan Hari sebagai pembenci Islam dan imigran, yang memandang keduanya sebagai ancaman terhadap budaya Amerika. Setelah pemilihan Donald Trump 2016, Hari menawar kontrak pemerintah federal untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko, yang dilihat sebagai simbol untuk melindungi nilai-nilai Amerika.
Hari kemudian melakukan tindakan kekerasan, memanipulasi orang-orang yang tidak berpendidikan dan rentan secara finansial dari komunitas pedesaannya, untuk membantu melecehkan pihak-pihak yang tak tersentuh.
Ditemukan daftar yang menjadi target kekerasaannya, termasuk Pusat Islam Dar Al-Farooq di Bloomington. Lembaga ini menurut Hari merupakan pembantu yang berfungsi sebagai tempat pelatihan dan perekrutan ISIS.
