MATA INDONESIA, JAYAPURA – Papua merdeka yang disebut-sebut deklarasinya tanggal 1 Desember adalah aksi pembodohan terhadap orang Papua.
Tokoh senior Papua, John Norotouw mengatakan pernyataan terkait 1 Desember yang dianggapnya sebagai aksi pembodohan cukup beralasan, sebab ia yakin bahwa tidak ada fakta sejarah yang mengatakan Papua telah merdeka.
Pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menduduki Papua hanya sekedar menjanjikan kemerdekaan bagi Papua. Sayangnya janji tersebut bahkan tidak pernah tercatat dalam dokumen resmi.
”Kolonialisme memang seperti itu adanya, dan Belanda sudah melakukannya sejak dulu. Menjanjikan kemerdekaan bagi Papua tapi tidak pernah terjadi. Itu hanya sebagai propaganda untuk kepentingan Belanda. Bahkan mereka tidak memiliki catatan resmi untuk memerdekakan Papua,” katanya.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan fakta terkait peristiwa Sumpah Pemuda. sebab dalam peristiwa Sumpah Pemuda yang notabene sebagai kongres bertajuk perlawanan terhadap Belanda, orang Papua bahkan sudah terlibat di dalamnya.
”Peristiwa Sumpah Pemuda sudah menjadi fakta sejarah yang tidak bisa dibantahkan, karena peristiwa itu juga melibatkan orang Papua didalamnya. Tujuannya hanya satu, perlawanan terhadap Belanda,” ujarnya.
Meski pergolakan di Papua masih kerap terjadi, John menambahkan jika status Papua sebagai wilayah yang tidak terpisahkan dari NKRI justru semakin terkuatkan dengan adanya referendum. Peristiwa itu adalah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera). Menurutnya fakta tersebut tidak bisa lagi dibantah apalagi untuk diperdebatkan.
”Memang tidak tidak serta-merta aksi di Papua mereda begitu saja. Masih terjadi pergolakan. Kemudian ada peristiwa Pepera, maka dengan peristiwa itulah status Papua menjadi bagian dari Indonesia sudah sangat kuat. Pepera adalah referendum, tentu telah melibatkan pihak ketiga dalam pelaksanaannya,” katanya.
John lantas menegaskan jika peristiwa 1 Desember adalah ilusi kemerdekaan Papua. Iming-iming tentang kehidupan yang nyaman dalam kebebasan dinilainya hanya sebagai propaganda kelompok tertentu untuk meloloskan kepentingan sendiri.
”Tentu kalau dilihat dari sejarahnya lagi, 1 Desember ini tentu hanya sebagai ilusi kemerdekaan Papua. Iming-iming untuk kehidupan yang nyaman setelah merdeka itu juga hanya sebagai propaganda. Kelompok-kelompok yang sampai sekarang terus sesumbar untuk mendorong pembebasan Papua itu punya kepentingan lain” ujar John