MATA INDONESIA, JAKARTA – Kehadiran Tol layang Jakarta-Cikampek (Japek) II Elevated menjadi salah satu alternatif untuk mengurai kemacetan di Jakarta. Bahkan jadi solusi bagi para pengemudi yang ingin berpergian ke Bandung dan daerah Timur Pulau Jawa lain lantaran bisa memangkas waktu tempuh sampai 30 persen.
Secara visual desain tol ini menarik karena terlihat bergelombang sehingga membuat pengemudi bakal merasakan momen naik-turun saat melintas. Namun yang patut diketahui Tol Japek II ini dibangun di atas tiang setinggi lebih kurang 15 meter.
Pun tol ini hanya punya dua lajur, yang artinya lebih kecil ketimbang jalan bebas hambatan di darat. Selain itu bahu jalan yang menjadi jalur darurat tak selebar tol biasanya. Maka, saat melaluinya kita harus lebih hati-hati terlebih untuk urusan mengatur kecepatan.
Hal ini disampaikan oleh Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu. Ia menjelaskan beberapa hal yang perlu diantisipasi pengemudi saat melintasi tol sepanjang 36,4 km itu.
Pertama, soal disiplin kecepatan. Ia mengatakan, pengemudi diharapkan selalu mengikuti rambu, misalnya batas kecepatan di ruas tol tertera minimum 60 km per jam, sementara kecepatan maksimumnya 80 km per jam.
“Kalau mobil tidak disiplin kecepatan bisa bumpy [bergelombang]. Bumpy itu mobil bisa melayang walau hanya beberapa senti (sentimeter) atau mili (milimeter) saja dan roda bisa hilang teraksi,” katanya, Sabtu 14 Desember 2019.
Jika hal tersebut tak diperhatikan, maka roda mobil bisa kehilangan traksi dan pengemudi akan kehilangan kendali dan berpotensi kecelakaan.
Kedua, soal gangguan angin pada tol Japek II. Gangguan angin yang dimaksud dikatakan kecil kemungkinannya berasal dari samping sebab sudah dipecah pembatas jalan.
Kata Jusri yang perlu diantisipasi adalah angin dari depan yang disebut bisa menahan laju mobil dan berbahaya bila tiba-tiba menghilang. Pada kondisi itu kendaraan yang dikemudikan bisa menjadi ‘liar’.
“Kalau yang namanya angin pasti tidak permanen. Makanya kalau ada angin dari depan ibaratnya seperti anak panah lepas dari busurnya,” katanya.
Ketiga, soal berkendara saat hujan. Jusri mengatakan, pengemudi perlu mengurangi kecepatan saat kondisi jalan tol hujan.
“Lalu antisipasi juga kesalahan orang lain (yang ada di depan) agar kita bisa menghindar tepat waktu. Tapi intinya tertib berlalu lintas,” ujarnya.
Keempat, sebelum perjalanan pastikan mobil dalam kondisi laik. Untuk pengemudi juga perlu pastikan kondisi fisik dan mental dalam keadaan prima.
“Jangan lupa juga isi bensin, karena yang kita tahu di atas dengan jarak tersebut tidak ada rest area,” katanya.