Teror Gedor Pintu Marak di Banyuwangi, Semoga Pembantaian Massal Gak Terulang

Baca Juga

MINEWS.ID, BANYUWANGI – Meski tingkat mencekamnya tidak sama, tetapi teror gedor pintu rumah di Banyuwangi beberapa hari belakangan mengingatkan kita pada kasus pembantaian massal dukun santet dan guru ngaji 20 tahun lalu.

Saat ini teror gedor pintu dialami warga dua kelurahan di Kota Banyuwangi yaitu Lateng dan Kampungmandar. Teror itu memaksa warga dua kelurahan tersebut meningkatkan ronda malam dengan harapan bisa menangkap pelaku.

Sedikitnya sejak 25 Juli 2019 sudah sekitar 20 rumah warga yang menjadi sasaran teror gedor itu. Aksi teror gedor pintu ini, menurut warga, terjadi antara pukul 23.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB.

Kesaksian sejumlah warga yang digedor rumahnya, seperti dilaporkan kabartoday, sempat melihat sosok penggedor dan melakukan pengejaran.

Anehnya, saat warga mengepung pelaku, sosok misterius ini selalu berhasil meloloskan diri dengan cara menghilang. Menurut warga, figur sosok itu tinggi besar dengan menggunakan penutup wajah seperti topeng ninja.

Nah, perilaku teror seperti itu juga terjadi sekitar awal 1998, sebelum Jakarta rusuh hingga membuat Presiden Soeharto lengser. Namun ujungnya mengerikan yaitu pembantaian massal guru ngaji.

Saat itu, ratusan guru ngaji di kampung-kampung Banyuwangi difitnah sebagai dukun santet. Setelah fitnah itu merebak di masyarakat, para guru ngaji itu lalu dibantai dengan sadis. Siapa para pembunuhnya?

Mereka adalah lelaki kekar, gesit, terlatih, berseragam hitam, serta bertopeng ala ninja dalam film-film Jepang. Mereka menyerbu kampung-kampung, membuat desas-desus, dan berseliweran meneror warga. Kegaduhan menyeruak di mana-mana.

Salah satu terornya adalah menandai sejumlah rumah dengan tanda silang cat merah. Setelah itu pada 4 Februari 1998, seorang yang dituduh sebagai dukun santet bernama Soemarno Adi [35], berasal dari Sumberwadung, Kaligondo, Genteng dibantai dengan sangat sadis oleh massa pada tengah hari.

Dia dibantai di Dusun Tugu, Sempu. Dalam data yang dirilis oleh Komunitas Pencari Keadilan [Kompak] Surabaya, kasus ini didata menjadi dua kasus.

Peristiwa itu berulang keesokan harinya menimpa warga kampung Pakis Jalio, Kelurahan Sumberrejo, Banyuwangi yaitu Sahroni [35] dan Asmaki [40]. Massa menggeruduk rumahnya pada dini hari. Asmaki tewas dianiaya, sedangkan Sahroni berhasil lolos, meski rumahnya hancur berantakan.

Teror itu terus berlanjut meski Soeharto sudah lengser hingga akhir tahun 1998 dan jumlah korban terbantai menjadi ratusan orang. Hingga kini tidak terungkap siapa pelaku pembantaian tersebut. Warga setempat hanya menyebutnya sebagai ninja karena berpakaian hitam-hitam seperti jagoan tradisional Jepang tersebut.

Semoga teror gedor pintu itu tidak berkembang menjadi pembantaian massal warga Banyuwangi 20 tahun lalu.

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini