MATA INDONESIA, TOKYO – Perdana Menteri Fumio Kishida menegaskan bahwa Jepang akan memperkuat postur pertahanannya dengan melihat berbagai opsi, termasuk memperoleh kemampuan untuk menyerang pangkalan musuh.
Sebagaimana diketahui Jepang mendapat ancaman dari Cina dan Korea Utara. Bukan rahasia bila Beijing kini memiliki armada militer yang mumpuni, pun dengan Pyongyang yang belakangan rajin melakukan uji coba rudal balistik.
Sebagai langkah untuk meningkatkan kapasitas pertahanan, terdapat tiga dokumen utama yang mengatur kebijakan keamanan Jepang, yakni: Strategi Keamanan Nasional, Pedoman Program Pertahanan Nasional, dan Program Pertahanan Jangka Menengah, akan diperbarui dalam setahun, kata Kishida.
“Untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat, kami akan memeriksa semua opsi termasuk kemampuan untuk menyerang pangkalan musuh … dan memperkuat postur pertahanan kami secara fundamental dengan kecepatan,” kata Kishida dalam pidato kebijakan, melansir Reuters.
Kemampuan seperti itu akan menandai pergeseran dalam postur militer Jepang karena Tokyo – yang dibatasi oleh konstitusi pasifis pasca-Perang Dunia II, akan memainkan peran perisai dalam aliansi keamanannya dengan Amerika Serikat (AS). Sementara Washington memainkan peran sebagai pemimpin tombak.
Mengenai tanggapan virus corona Jepang, Kishida mengatakan dia berencana untuk memungkinkan mendapatkan suntikan tambahan atau booster tanpa menunggu akhir masa tunggu saat ini, yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni delapan bulan setelah suntikan kedua.
Seruan untuk suntikan booster awal telah meningkat di Jepang karena varian Omicron yang sangat menular dari virus corona menyebar secara global. Meskipun kasus harian Covid-19 tetap rendah dalam beberapa pekan terakhir.
“Jika infeksi mulai meningkat lagi, pemerintah akan merespons dengan cepat dengan langkah-langkah seperti pembatasan aktivitas yang lebih ketat, sambil mencari pengertian masyarakat dengan hati-hati,” tuntas Kishida.