MATA INDONESIA, YOGYAKARTA-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi salah satu rumah dalam penyelenggaraan rangkaian acara Presidensi Indonesia G20 Tahun 2022.
“Sebagai tuan rumah saya mengucapkan selamat datang di Daerah Istimewa Yogyakarta dan terima kasih kepada Bank Indonesia dan kementerian keuangan yang telah memilih Yogyakarta sebagai salah satu daerah tempat penyelenggaraan rangkaian acara Presidensi Indonesia G20 Tahun 2022,” kata Wakil Gubernur DIY Raden Mas Wijoseno Hario Bimo dalam G20 GPFI High Level Symposium.
Wakil Gubernur DIY mengatakan perekonomian Yogyakarta tidak dapat terlepas dari peran UMKM, yang berkontribusi sebesar 79,6 persen dengan sektor ekonomi utama, yaitu industri pengolahan, informasi dan komunikasi, serta sektor akomodasi, makanan dan minuman.
Walaupun sebagaimana daerah lainnya di Indonesia yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun 2020, namun pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Yogyakarta mampu pulih dengan tingkat pertumbuhan 5,53 persen year on year, dibandingkan minus 2,68 persen year-on-year di tahun 2020.
“Salah satu kunci kebangkitan ekonomi Yogyakarta adalah pemanfaatan teknologi digital dalam setiap aspek ekonomi, perluasan penggunaan quick response code Indonesian standard atau QRIS, dalam transaksi pembayaran telah menjangkau 467.000 merchant dengan lebih dari 1,4 juta transaksi yang dilakukan oleh 480.000 pengguna,” ujarnya.
Perkembangan tersebut menunjukkan masyarakat Yogyakarta cukup familiar dalam menggunakan aplikasi pembayaran berbasis digital.
Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat inklusi keuangan di Yogyakarta yang mencapai 76,2 persen, mendekati rata-rata nasional yang sebesar 76,9 persen.
Selain itu, terdapat juga beberapa inovasi digital yang mendukung perkembangan ekonomi Yogyakarta seperti visiting Yogja yaitu sebuah portal informasi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kemudian JBSC DIY yang juga merupakan wadah untuk memfasilitasi pelaku usaha di Yogja terkait ekspor dan impor, serta dipanen.id yang merupakan platform untuk mendukung digitalisasi di sektor pertanian.
“Ketersediaan berbagai platform digital dan kemudahan akses layanan keuangan digital di Yogyakarta, tentunya didukung dengan upaya literasi keuangan yang dilakukan secara berkelanjutan,” ujarnya.
Bahkan tingkat literasi keuangan di Yogyakarta kata dia, mencapai 58,53 persen, lebih tinggi dibandingkan angka nasional yang sebesar 38,03 persen.
“Pencapaian ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan rumah yang tidak ringan dan melalui high-level simposium hari ini diharapkan dapat semakin mendorong pemanfaatan digitalisasi dalam mendorong produktivitas dan keberlanjutan usaha UMKM,” katanya.