MATA INDONESIA, JAKARTA – Upaya memulihkan sektor pendidikan yang terdampak pandemi Covid-19 membutuhkan upaya bersama baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Kepala BSKAP Kemendikbudristek sekaligus Alternate Chair Education Working Group (EdWG) G20, Anindito Aditomo, mengatakan hal itu pada acara “Kick Off G20 on Education and Culture”, Kamis 10 Februari 2022.
Pada acara tersebut, Anindito menjadi moderator.
Menurut Anindito, pandemi bukan penyebab utama krisis pembelajaran. “Ketimpangan kualitas belajar sebetulnya sudah lama terjadi. Pandemi semakin membuka mata kita bahwa pembelajaran mengalami krisis,” ujarnya.
Teknologi, menurut Anindito, berperan sentral pada pemulihan pendidikan. “Dalam konteks pandemi, pembelajaran tidak akan terjadi tanpa teknologi. Intervensi juga bukan hanya dalam bentuk pembangunan infrastruktur tradisional lagi, tetapi juga pemerataan konektivitas digital. Ini untuk memastikan pembelajaran berkualitas bisa terasa ke semua warga negara,” ujar Anindito.
Kesenjangan digital atau digital divide, menurut Anindito, terjadi di dunia pendidikan. “Di satu sisi, ada ketimpangan akses terhadap teknologi, di mana kita mengalami hilangnya capaian pembelajaran (learning loss) asimetris. Dan lebih parah kelompok rentan dan ekonomi bawah. Tapi di sisi lain, teknologi menjadi katalis bagi inovasi luar biasa. Contohnya, jutaan guru dan siswa jadi lebih terampil memanfaatkan teknologi dan inovatif menyikapi tantangan,” ungkap Kepala BSKAP itu.
“Agenda prioritas yang akan kami perjuangkan di G20 ini mengingatkan kita akan visi Indonesia yang menekankan gotong royong untuk pulih bersama. Pandemi ini juga menjadi momentum kita agar semakin bersemangat memikirkan ulang dan membangun pendidikan yang lebih baik, untuk membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan berkualitas,” terang Anindito.
Ada empat agenda prioritas Kemendikbudristek pada perhelatan G20, yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education); Teknologi digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education); Ketiga: Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership); dan keempat, Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi Covid-19 (The Future of Work Post Covid-19).
Dorong Agenda Prioritas
Senada dengan agenda prioritas Kemendikbudristek, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sekaligus Chair of Digital Economy Working Group, Mira Tayibba mengatakan, “Kesenjangan digital ini yang ingin kami bahas, karena transformasi digital Indonesia pada prinsipnya sejalan dengan kepentingan global,” ujarnya.
Mira melanjutkan, pandemi yang memaksa seluruh dunia beradaptasi dan membatasi interaksi langsung, menunjukkan ragam solusi lewat teknologi digital. “Ternyata, masyarakat Indonesia cukup adaptif dan bisa memakai teknologi digital untuk memanfaatkan kesempatan,” tutur Mira yang turut mendorong kolaborasi dengan seluruh sektor dan kelompok kerja yang ada dalam Presidensi G20 Indonesia.
Indonesia, lanjut Mira, konsisten menyikapi isu kesenjangan digital agar tidak semakin lebar. “Digitalisasi memang menghasilkan paradoks, karena bagi yang tidak punya alat digital jadi terisolasi,” jelas Mira.
Mira pun sadar bahwa aspek digital ada di berbagai working group dalam Presidensi Indonesia. “Inilah pentingnya kolaborasi. Mari kita gunakan momentum G20 ini bukan saja untuk memperlihatkan kepemimpinan Indonesia di sektor digital ke luar, tapi juga gotong-royong mengkonsolidasikan isu digital di level nasional,” tutur Mira.
Perwakilan Development Working Group, Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas, Amich Alhumami, menilai dalam mengurai masalah pendidikan tak cukup hanya dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana. “Ada tantangan baru yaitu isu konektivitas bagi anak-anak untuk belajar. Ini tanggung jawab kita selaku pemerintah untuk mengatasinya,” tutur Amich.
Merujuk Data Sosial Ekonomi Nasional, jelas Amich, koneksi dan akses kepada pembelajaran digital bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu sangat terbatas. “Ini harus kita selesaikan bersama. Indonesia kalau soal kolaborasi sudah bisa kita tunjukkan kepada dunia. Betapa kolektivitas kita itu selalu muncul bahkan di masa-masa krisis,” tutur Amich, mencontohkan bencana tsunami yang pernah melanda Indonesia dan beragam gerakan dan inisiatif gotong-royong dari berbagai lapisan masyarakat.
“Di sektor pendidikan, sedalam apa pun krisis yang kita alami, kita bisa bangkit dan pulih bersama karena kita punya kebersamaan, empati, dan komitmen. Dengan kepemimpinan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, seluruh sumber daya publik yang kita punya bisa kita konsolidasikan dan gerakkan bersama untuk meraih cita-cita kita. Mari kita tunjukkan pada dunia, kita bisa mengatasi krisis ini,” tutup Amich.