Tanggapi Isu Penolakan di Natuna, Begini Cara Nelayan Pantura Jawa Berkolaborasi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Nelayan dari Pantura Jawa siap berkolaborasi dengan nelayan Natuna untuk menghidupkan industri perikanan di daerah terdepan Indonesia tersebut. Hal itu diungkapkan berkaitan dengan isu penolakan nelayan setempat terhadap nelayan dari luar Natuna.

“Prinsipnya, temen-temen (nelayan) Pantura siap berkolaborasi dengan nelayan sana,” kata Ketua Umum Aliansi Nelayan Indonesia (Anni) Riyono di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin 13 Januari 2020.

Riyono menyebutkan kolaborasi bisa dilakukan dalam banyak hal, antara lain persediaan atau perbekalan melaut, berbagi ilmu, penerapan teknologi, hingga penjualan hasil tangkapan.

Menurut Riyaono kebutuhan kapal mereka juga besar. Sekali melaut para nelayan Pantura Jawa juga membutuhkan banyak perbekalan.

Dia menegaskan jika para nelayan Natuna bisa menyediakan perbekalan tersebut pasti akan dibeli.

Begitu juga jika ada pengusaha besar Natuna yang ingin membeli hasil tangkapan mereka akan dengan senang hati dilepasnya.

Menurut dia, nelayan Pantura juga tidak akan menangkap ikan di bawah zona 12 mil yang selama ini menjadi “ladang penghidupan” bagi nelayan-nelayan lokal.

Nelayan-nelayan Pantura, kata dia, hanya akan menangkap ikan di kawasan zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang merupakan laut dalam.

Riyono menyampaikan nelayan-nelayan Pantura siap berbagi ilmu dan membantu mendorong agar nelayan-nelayan lokal di Natuna bisa juga melaut ke laut dalam.

Data terbaru, menurut Riyono terdapat 447 kapal nelayan yang siap melaut ke Natuna. Sebanyak 177 kapal di antaranya berkekuatan 100 GT dan sisanya di atas 60 GT.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

A2RTU Gelar Expo Sistem Refrigerasi dan Tata Udara Pendukung Ketahanan Pangan dan Net Zero Emission

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketahanan pangan menjadi isu yang masif didengungkan oleh pemerintah. Terlebih, saat ini Indonesia bersiap menyongsong Indonesia Emas 2045. Di sisi lain, dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang kini diubah menjadi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) Tahun 2020-2024 menyebut bahwa pembangunan pangan di Indonesia masih menghadapi masalah. Utamanya, terkait dengan penyediaan (supply) pangan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini