Tak Banyak Orang Tahu, Ternyata Batam Punya Studio Film Terbesar di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA , JAKARTA – Industri perfilman Indonesia saat ini kemajuannya kian pesat. Banyak bermunculan para cineas-cineas muda yang ambil bagian dalam pembuatan film. Tak hanya itu, keberadaan infrastruktur juga terus ditingkatkan untuk menunjang kebutuhan pembuatan film.

Nah, ternyata tak banyak orang tahu, bahwa di Indonesia, sudah ada satu studio yang setidaknya memenuhi standar itu, yakni Infinite Studios. Studio ini terbagi menjadi studio film dan studio animasi. Beberapa serial televisi juga film telah memanfaatkan studio ini dalam proses produksi.

Studio film sendiri terbagi ke dalam beberapa bagian. Studio indoor misalnya memiliki luas hingga 14 ribu hingga 30 ribu kaki. Serial produksi HBO ‘Halfworlds’ menjadi salah satu tayangan televisi yang pernah dibuat di studio tersebut. Film aksi Iko Uwais, ‘Beyond Skyline’ juga salah satunya.

Terbaru film ‘Buffalo Boys’ juga melakukan pengambilan gambar di studio tersebut. Hal itu diungkapkan Angga Sasongko, industri film diharapkan makin berkembang sehingga makin banyak investor yang berniat turut mengembangkan industri film indonesia salah satunya dengan membuat studio lain yang tak kalah memadai.

“Menurut saya sih kalau industrinya tumbuh terus maka akan menarik banyak investor untuk berinvestasi di sisi infrastruktur pastinya,” katanya.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini