MATA INDONESIA, BALI – Para pelaku pariwisata di Bali menyampaikan pesan kepada pemerintah, agar dibangun ekosistem menyambut ‘new normal‘ yang terintegrasi.
Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Ketut Swabawa berkata, ekosistem itu dipersiapkan ketika Bali nantinya akan benar-benar dibuka untuk menerima kunjungan wisatawan di tengah pandemi corona atau Covid-19.
“Di Bali harus dibangun ekosistem new normal yang tidak bisa parsial dan kami mendorong untuk terwujudnya itu,” kata Ketut di Kuta, Senin 25 Mei 2020.
Ia menjelaskan, agar semua ekosistem terintegrasi, jangan sampai penerapan standar yang sudah dijalankan pelaku pariwisata seperti hotel, ternyata berbeda dengan standar untuk sisi transportasi maupun suplai bahan makanan.
Demikian juga ketika di satu hotel misalnya sudah menerapkan standar yang sangat bagus sehingga otomatis membutuhkan biaya yang tinggi dan harga kamar hotelnya juga menjadi lebih mahal.
“Jangan sampai ada hotel nakal, tidak menerapkan standar dengan biaya produksi rendah tapi mudah dapat tamu. Lalu ada yang sakit, kan mencoreng nama Bali,” ujarnya.
Ketut Swabawa mengingatkan juga bahwa Bali sebagai kepulauan, bukan industri pariwisatanya saja, bukan bandaranya saja sebagai pintu gerbangnya dalam bersiap menghadapi new normal yang mulai digalakkan Presiden Joko Widodo.
“Bagaimana pemerintah membangun sistem yang terintegrasi dengan industri dan masyarakat juga. Masyarakat itu patokannya desa adat yang punya aturan ‘perarem’ sendiri, misalnya ada desa yang melarang pengusahanya menerima tamu dari luar,” kata dia.
Pertanyaannya, lanjut Ketut, apakah ketentuan adat seperti itu masih berlaku ketika pemerintah sudah menerapkan aturan bahwa yang datang ke Bali harus sudah mengantongi hasil negatif dari uji swab.
“Orang yang sudah sehat, masak tidak boleh menginap di hotel? Jadi, harus ada yang menjembatani antarsemua komponen, jangan sampai peraturannya sudah bagus, tetapi penerapan di lapangan yang aneh-aneh,” ujarnya.