MATA INDONESIA, LONDON – Setelah Amerika Serikat dan Austria, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto melanjutkan kunjungan ke Prancis bertemu Menhan Florence Parly di Paris. Namun, perbincangan itu bukan soal pembelian Pesawat Rafale, melainkan kerja sama pertahanan yang lebih besar lagi.
Keduanya bertemu di Kantor Kementerian Perthanan Prancis, Paris, Rabu 21 Oktober 2020. Dalam pertemuan itu tidak diungkapkan pembelian pesawat tempur seperti saat Prabowo bertemu Menhan AS, Mark Esper dan Menhan Austria Klaudia Tanner.
Ada hal yang lebih penting dalam kerja sama Menhan Indonesia dan Prancis tersebut seperti tertuang dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri, antara lain memajukan industri pertahanan Indonesia untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI sebagai bagian dari global production chain alutsista.
Kerja sama Indonesia-Prancis sebenarnya sudah dimulai sejak Januari 2020 di bidang pertahanan (Defense Cooperation Agreement/DCA). Hal itu akan berwujud kerja sama bidang pendidikan dan latihan militer, keamanan maritim, pemberantasan terorisme, pengembangan industri pertahanan hingga penguatan kapasitas penanganan bencana.
Kedua Menhan itu meminta tim perunding dapat segera menyelesaikan DCA, untuk dapat ditandatangani oleh kedua menteri pada akhir tahun ini, sebagai bagian dari peringatan HUT 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Kerja sama Indonesia-Prancis di bidang pertahanan selama ini dilandaskan kesepakatan kedua negara pada tahun 2017 melalui Letter of Intent (LoI) atau Pernyataan Kehendak untuk peningkatan kerja sama pertahanan termasuk kerja sama kelautan dan keamanan maritim.
Setiap tahunnya sejak tahun 2013, kerja sama pertahanan bilateral di beberapa bidang seperti pelatihan dan pendidikan, saling kunjung, dan pemberantasan terorisme dibahas melalui forum Dialog Pertahanan Indonesia-Prancis (Indonesia-France Defense Dialogue/IFDD).