Semua Pihak Harus Bersatu agar Indonesia Bebas dari Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Persatuan menjadi kunci bagi bangsa Indonesia keluar dari cengkeraman pandemi Covid-19. Hal ini diungkapkan oleh peneliti Maarif Institute, Endang Tirtana. Ia menilai, wabah ini belum bisa berlalu bila masyarakat tetap tidak mematuhi protokol kesehatan.

“Jika kita bersatu dan Covid-19 sudah mulai terkendali, maka ekonomi akan kembali tumbuh secara pelan tapi pasti,” katanya, Rabu 11 Agustus 2021.

Endang juga melihat masih banyak pihak yang menolak untuk divaksinasi. Padahal salah satu faktor utama penurunan kasus Covid-19 di Jakarta berkat vaksinasi yang sudah lebih dari 80 persen untuk dosis pertama. Sementara yang meninggal, selain yang memiliki penyakit bawaan turut disebabkan karena belum mendapat vaksinasi.

“Untuk itu, pemerintah perlu fokus untuk mempercepat program vaksinasi, agar segera terbentuk kekebalan kelompok. Anggaran penangan Covid-19 harus diprioritaskan pada penyediaan vaksin, termasuk mempercepat dukungan terhadap program vaksin Merah Putih,” katanya.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk taat terhadap protokol kesehatan. Dia juga meminta semua pihak untuk menghentikan praktik-praktik politisasi terkait penanganan Covid-19 demi kepentingan kelompok. Terutama politisasi menuju Pemilu 2024 yang sudah mulai marak belakangan ini.

“Perlu pula kita merawat akal sehat, agar melihat keadaan tidak selalu dari pandangan negatif yang melahirkan kenyinyiran dan pesimisme. Akal sehat yang tidak mempertentangkan solusi-solusi sains dengan agama dan keyakinan,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini