Sedap, Ekonomi Global Nyungsep, Indonesia Bakal Kebanjiran Investasi

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Melambatnya pertumbuhan ekonomi global akan menjadi berkah bagi negara-negara seperti Indonesia yang tergolong emerging market.

“Perlambatan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan bakal berlanjut dan direspons dengan pelonggaran kebijakan moneter negara-negara maju, terlihat dengan kebijakan suku bunga yang probabilitas menurun. Maka, negara-negara ‘emerging market’ bisa kelimpahan modal asing,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko, Sabtu 28 September 2019.

BI memperkirakan aliran modal asing akan semakin deras masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dia mengungkapkan proyeksi pertumbuhan ekonomi di lima negara yang menjadi mesin penggerak perekonomian dunia akan melambat. Kelimanya adalah AS, Eropa, Jepang, China, dan India.

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 hanya sebesar 3,2 persen dan meningkat terbatas menjadi 3,3 persen pada 2020. Sementara itu pertumbuhan ekonomi AS meningkat menjadi 2,3 persen di 2019, kemudian melambat menjadi 2,0 persen di tahun depan.

Dia mengatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia semakin terlihat dengan menurunnya volume dan nilai perdagangan dunia. Hal itu juga sebagai imbas perang dagang Amerika Serikat dan China yang tak kunjung usai.

Kondisi itu membuat negara maju mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter. Salah satunya, penurunan suku bunga acuan.

Misalnya, Bank Sentral Eropa pada 19 September 2019 lalu memangkas suku bunga penyimpanan dana perbankan (deposit facility/DF) sebesar 0,1 persen menjadi minus 0,5 persen agar dana banyak mengalir ke pasar.

Selain itu, seperti yang sudah menjadi konsensus pasar, Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga menurunkan suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen ke 1,75 persen.

Kemudian, China juga melonggarkan kebijakan moneter dengan memangkas kewajiban bank untuk menempatkan dana cadangan (RRR) sehingga menambah likuiditas perbankan Negara Tembok Raksasa itu.

Meski begitu, Onny mengingatkan likuiditas yang masuk ke negara-negara berkembang memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Artinya sewaktu-waktu aliran likuiditas itu juga dapat keluar lagi.

Semuanya, tergantung tingkat imbal hasil yang ditawarkan dan juga iklim investasi di negara yang bersangkutan. Untuk itu, BI akan menjaga agar imbal hasil aset keuangan domestik atau berdenominasi rupiah tetap menarik di tengah merebut limpahan likuiditas.

Sebagai informasi, hingga 19 September 2019, BI mencatat aliran modal asing yang masuk mencapai Rp189,9 triliun. Adapun pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan BI bisa mencapai 5,1-5,2 persen dan di 2020 menjadi 5,3 persen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Pilkada Damai, Masyarakat Harus Lebih Bijak Gunakan Media Sosial

Jakarta - Masyarakat perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial untuk mewujudkan Pilkada Serentak 2024 yang Damai. Pusat Riset Politik...
- Advertisement -

Baca berita yang ini