Sasar 4.950 orang, BIN Gelar Vaksinasi untuk 10 Kecamatan di Sumsel

Baca Juga

MATA INDONESIA, MUBA – Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Sumatera Selatan atau Binda Sumsel menggelar vaksinasi massal di 10 Kecamatan. Kegiatan ini bekerjasama dengan Pemkab Musi Banyuasin (Muba) melalui Dinas Kesehatan yang dipusatkan pada Musholla Al-Mustofa Desa Lumpatan II Kecamatan Sekayu, Rabu 8 Desember 2021.

Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Sumsel Brigjen TNI Armansyah SH melalui Kaposda Muba Letkol Chb Ervan Rusnandar SSos menjelaskan bahwa target sasaran hari ini sebanyak 4.950 orang meliputi masyarakat dan pelajar.

Adapun sasaran lokasi dan jumlah pelaksanaan kegiatan vaksinasi, Kecamatan Sekayu Desa Lumpatan dengan sasaran 300 orang dan Kelurahan Balai Agung jumlah sasaran 400 orang.

Kecamatan Babat Toman Desa Desa Sugi Waras dengan sasaran 500 orang, Kecamatan Bayung Lencir Desa Merang dengan sasaran 500 orang.

“Selanjutnya Kecamatan Sungai Lilin Desa Pinang dengan sasaran 400, Kecamatan Sanga Desa Ngulak dan Desa Ngunang jumlah sasaran 500, Kecamatan Lais Dusun VI Lais jumlah sasaran 250, Kecamatan Lawang Wetan Desa Ulak Paceh PT Gatri jumlah sasaran 400, serta Desa Karang Mukti dan Desa Karang Tirta jumlah sasaran 1500 dan Desa Suka Damai serta Desa Suka Maju jumlah sasaran 200,” katanya.

Ervan juga memgungkapkan, Binda Sumsel turut membantu pemerintah dalam program vaksinasi massal guna mempercepat terbentuknya kekebalan komunal (Herd Immunity) di masyarakat. Untuk itu, pihaknya menyelenggarakan vaksinasi yang menyasar pelajar dan masyarakat umum.

“Alhamdullilah kami bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Muba bisa melaksanakan vaksinasi hari ini di sepuluh titik lokasi. Diharapkan ikhtiar yang dilakukan BIN dapat mewujudkan Indonesia sehat dan hebat dalam mengatasi pandemi. Program tersebut sebagai penyemangat agar target vaksinasi tiga juta dosis per hari bisa tercapat. Sehingga kekebalan komunal di masyarakat dapat terwujud pada akhir 2021,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Desa Lumpatan II Syazili Mustofa SE mengatakan, untuk di Desa Lumpatan II sendiri jumlah warga yang divaksin sudah mencapai 87 persen.

“Pelaksanaan vaksinasi gencar dilaksanakan setiap minggunya, bersama Puskesmas setempat alhamdullilah masyarakat Desa Lumpatan II antuasias untuk disuntik vaksin Covid-19,” katanya.

Terpisah Plt Bupati Muba Beni Hernedi mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada BIN Daerah Sumatera Selatan atas upaya untuk mempercepat vaksinasi di Muba.

“Seperti yang telah di ketahui selama ini TNI-POLRI sudah ikut berkolaborasi dalam percepatan vaksinasi. Kali ini Mitra kita BIN di daerah, hari ini memberikan 4.950 dosis vaksin untuk disebar di 10 titik/kecamatan yang ada di Muba,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Menuju Kemandirian: Indonesia Kian Dekat Wujudkan Swasembada Pangan Nasional

Oleh: Sirajudin Ahmad *) Indonesia memasuki fase penting dalam perjalanan panjang menuju swasembadapangan nasional. Pendorong utamanya adalah kombinasi faktor yang selamabertahun-tahun menjadi tantangan terbesar sektor pertanian: peningkatanproduktivitas, stabilitas stok, efisiensi kebijakan, dan keberhasilan intervensipemerintah di titik-titik paling krusial dalam rantai produksi. Tahun 2025 menjadimomentum ketika kerja berlapis dari pemerintah pusat dan daerah mulaimenunjukkan arah yang semakin terukur. Untuk pertama kalinya sejak Indonesia merdeka, stok beras pemerintah mampu bertahan pada kisaran 3,8 juta ton, danseluruhnya berasal dari produksi petani dalam negeri. Kondisi ini memperlihatkanbahwa agenda besar pemerintah dalam memperkuat kedaulatan pangan telahbergerak dari sekadar visi menuju capaian nyata yang dirasakan publik. Optimisme pemerintah terlihat jelas dari pernyataan Menteri Pertanian Andi AmranSulaiman yang menilai bahwa Indonesia sudah sangat dekat untuk mengumumkanstatus swasembada pangan. Amran tidak menyampaikan hal itu dalam ruangspekulatif, melainkan berdasarkan data teknis yang menunjukkan lonjakan produksipadi nasional sepanjang 2025. Perhitungan Kerangka Sampel Area BPS memperkirakan potensi gabah kering giling mencapai lebih dari 60 juta ton, meningkat lebih dari 13 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan tajam initerjadi terutama pada musim tanam awal tahun ketika sentra-sentra utama di Jawa, Sumatra, dan beberapa daerah lain melaporkan produktivitas jauh di atas rata-rata. Informasi teknis tersebut menjadi landasan kuat bagi pemerintah untukmenyimpulkan bahwa Indonesia tengah bergerak dari ketergantungan jangkapanjang pada impor beras menuju fase kemandirian produksi. Di sisi tata kelola stok, Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menilai cadangan pemerintah yang mendekati empat juta ton merupakan fondasi paling penting bagi deklarasi swasembada yang ditargetkan akhir 2025. Ia melihat bahwakapasitas ini memberi jaminan stabilitas pasokan bagi publik, sekaligus menegaskanbahwa kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan impor beras dapatdilaksanakan tanpa menimbulkan risiko kekurangan. Dengan cadangan sekuat itu, pemerintah memiliki ruang cukup untuk menjaga stabilitas harga melalui operasipasar, menahan gejolak akibat perubahan musim, dan memperkuat distribusi kewilayah yang selama ini paling rentan terhadap fluktuasi pasokan. Stok yang mampubertahan meski program bantuan pangan terus berjalan menandakan efektivitasintervensi pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara produksi, konsumsi, danstabilitas pasar. Produksi beras nasional juga menunjukkan tren yang sejalan dengan target swasembada. Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, memproyeksikan produksi beras 2025 mencapai hampir 35 juta ton, meningkat lebihdari 13 persen dari tahun lalu. Data ini memperjelas bahwa kenaikan stok bukansekadar hasil penyerapan yang agresif, tetapi benar-benar mencerminkanpeningkatan di hulu. Faktor-faktor penentu seperti perbaikan irigasi, distribusi pupukyang lebih tepat sasaran, penambahan alat dan mesin pertanian, serta percepatanpembukaan lahan baru terbukti memberi dampak langsung terhadap produktivitaspetani. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa instrumen kebijakan pemerintahbekerja secara simultan: memperkuat sisi produksi, meminimalkan potensikebocoran, dan memastikan ongkos produksi lebih efisien bagi petani. Meskipun capaian ini memberikan harapan besar, sejumlah pengamat mengingatkanbahwa swasembada pangan tidak hanya ditentukan oleh tingginya angka produksi. Stabilitas harga, kelancaran distribusi, dan ketahanan pangan di wilayah 3T tetapmenjadi faktor penting yang menentukan apakah status swasembada benar-benardirasakan masyarakat. Selain itu, ketergantungan pada impor beberapa bahan bakupertanian serta potensi gangguan iklim ekstrem tetap menjadi tantangan strukturalyang perlu dikelola serius. Namun, pemerintah tampak memahami bahwapencapaian swasembada bukanlah garis akhir, melainkan titik awal untukmemperkuat kemampuan bertahan dalam jangka panjang. Karena itu, penguatanlogistik pangan, modernisasi irigasi, dan pembentukan cadangan pangan daerahmenjadi agenda lanjutan yang terus ditekankan dalam berbagai rapat koordinasi. Pemerintah juga menunjukkan pemahaman bahwa produksi yang tinggi tidak akanmemberikan dampak optimal tanpa tata niaga yang sehat. Upaya digitalisasipertanian, penerapan subsidi pupuk yang lebih transparan, serta penggunaanperangkat prediksi cuaca dan pola tanam menjadi strategi untuk memastikan bahwaproduktivitas petani dapat dipertahankan secara konsisten. Selain itu, kolaborasiantara pemerintah pusat dan daerah semakin kuat, terutama dalam memetakansentra-sentra produksi yang dapat menjadi tumpuan tambahan ketika terjadipenurunan produksi di wilayah tertentu. Daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Aceh, dan Sumatera Selatan menjadi contoh bagaimanapenguatan infrastruktur pertanian dapat mengubah struktur produksi nasional secarasignifikan. Jika tren seperti ini berlanjut, Indonesia bukan hanya akan mengurangiketergantungan pada impor, tetapi juga memiliki kemampuan menjadi pemain yang lebih kuat dalam menjaga stabilitas harga pangan nasional. Lebih jauh, keberhasilanini memberi kepercayaan diri bahwa transformasi sistem pangan menujukemandirian bukanlah sesuatu yang utopis. Pemerintah menunjukkan bahwa dengankebijakan yang terarah, intervensi tepat sasaran, dan pemanfaatan teknologi yang progresif, Indonesia mampu mengubah struktur ketergantungan historis menjadipondasi kedaulatan pangan yang lebih kokoh. *) Pengamat Pertanian/Pegiat Tani Desa Maju
- Advertisement -

Baca berita yang ini