UE dan AS Jatuhkan Sanksi terhadap Junta Militer Myanmar

Baca Juga

MATA INDONESIA, BRUSSEL – Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanski terhadap individu dan kelompok yang terkait dengan kudeta militer di Myanmar pada awal Februari.

Sejak saat itu pula, aksi demonstrasi pecah di seluruh negeri. Di sisi lain, aparat keamanan Myanmar konsisten melakukan tindakan represif terhadap para demonstran anti-kudeta –di mana Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas menyebut tindakan aparat militer Myanmar tak dapat lagi ditolerir.

Sanksi Uni Eropa menandai tanggapan blok 27 negara yang paling signifikan sejak penggulingan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi. Sebanyak 11 orang yang menerima sanksi termasuk Jenderal Min Aung Hlaing –panglima tertinggi militer Myanmar dan kepala junta yang telah mengambil alih kekuasaan.

“Kami akan menjatuhkan sanksi terhadap 11 orang yang terlibat dalam kudeta dan penindasan para demonstran,” kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell setelah Menteri Luar Negeri Uni Eropa mengadopsi larangan perjalanan dan pembekuan aset pada 11 orang tersebut pada pertemuan di Brussel.

UE telah embargo senjata terhadap Myanmar dan telah menargetkan beberapa pejabat militer senior sejak 2018. Tindakan yang lebih kuat diharapkan segera setelah UE bergerak untuk membidik bisnis yang dijalankan oleh militer.

Para diplomat UE mengatakan kepada Reuters bahwa sebagian dari konglomerat militer, Myanmar Economic Holdings Limited (MEHL) dan Myanmar Economic Corporation (MEC), kemungkinan besar akan menjadi sasaran, menghalangi investor, dan bank UE untuk melakukan bisnis dengan mereka.

“Kami tidak bermaksud untuk menghukum rakyat Myanmar tetapi mereka yang secara terang-terangan melanggar hak asasi manusia,” kata Heiko Maas.

Sementara Washington telah memberikan sanksi kepada pemimpin militer Myanmar, Min Aung Hlaing dan langkah-langkah yang diumumkan pada Senin (22/3) memperluas daftar target. Dua anak dewasa Min Aung Hlaing, yakni yakni Aung Pyae Sone dan Khin Thiri Thet Mon tak luput dari sanksi Paman Sam.

“Kekerasan mematikan pasukan keamanan Burma (Myanmar) terhadap pengunjuk rasa damai harus diakhiri. Kami terus mendukung orang-orang Burma,” kata Andrea Gacki, direktur Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Keuangan AS.

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan anggota Divisi 33 telah melepaskan tembakan langsung ke kerumunan di Mandalay. Kedua unit tersebut adalah bagian dari strategi sistemik yang direncanakan oleh pasukan keamanan Myanmar untuk meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan.

Bulan lalu Washington membekukan cadangan sekitar 1 miliar dolar AS yang dipegang bank sentral Myanmar di The Fed New York, yang coba ditarik oleh junta setelah merebut kekuasaan.

Setidaknya 250 orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan Myanmar yang berusaha untuk memadamkan berminggu-minggu protes pro-demokrasi di kota-kota di seluruh negeri, menurut Asosiasi Bantuan untuk Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP).

Setidaknya tiga orang tewas di kota kedua Myanmar, Mandalay dalam kerusuhan hari Senin (22/3), termasuk seorang anak laki-laki berusia 15 tahun, berdasarkan laporan seorang saksi dan kantor berita setempat.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini