Ridwan Kamil: Desain Ibu Kota Baru Terlalu Boros

Baca Juga

MINEWS.ID, BANDUNG – Baru saja diumumkan, Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang juga arsitek ternama Ridwan Kamil menilai desain ibukota baru Indonesia terlalu boros.

Menurutnya, lahan 180 ribu hektar akan terlalu luas untuk 1,5 juta orang PNS yang akan menjadi penduduknya. Dia mengharapkan Pemerintah Jokowi meniru Washington DC.

“Sebagai arsitek saya melihat desain dan asumsi ibu kota baru banyak hal-hal kurang tepat,” kata Gubernur Emil di Bandung, Senin 26 Agustus 2019.

Menurut dia pembangunan ibu kota yang terlalu boros lahan adalah Brasilia, ibukota Brasil, termasuk Myanmar. Keduanya hingga kini menjadi kota sepi.

Salah satu contoh pemindahan ibu kota yang benar dan tepat dilakukan oleh Amerika Serikat ke Washington DC.

Di atas lahan 17 ribu hektar, pusat pemerintahan Amerika Serikat tersebut pas untuk 700 ribu pegawai pemerintah yang menjadi penduduknya.

Jika akan dihuni 1,5 juta orang, lahannya cukup 35 ribu hektar saja. Jika terlalu luas lahan yang dibuka untuk pusat pemerintahan baru, Ridwan khawatir juga akan akan terjadi pemborosan bahan seperti aspal, kabel dan sebagainya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo atau Jokowi menetapkan sebagian Kabupaten Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur sebagai ibu kota negara Republik Indonesia yang baru.

Lahan yang dikuasai negara untuk pusat pemerintahan baru tersebut sekitar 180 ribu hektar.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini