Respon Cepat, Jokowi Perintahkan Menteri PUPR Bangun Rumah untuk 44 KK di Sorong

Baca Juga

MATA INDONESIA, SORONG – Dalam kunjungan ke Sorong, Presiden Joko Widodo sempat mendengar keluhan sejumlah warga yang hingga kini belum mendapat hunian yang layak. Keluhan itu, segera direspon oleh Jokowi. Ia pun berjanji akan membantu menyediakan hunian yang layak untuk para warga tersebut.

Keluhan itu disampaikan oleh salah satu warga Sorong yang bernama Venansus. Ia mengungkapkan bahwa saat ini ia masih tinggal dan menumpang di lahan orang lain dengan bantuan TNI AL.

“Siapa yang rumahnya ada di situ?” tanya Jokowi, dalam siaran youtube sekretariat presiden, Senin 4 Oktober 2021.

“Semuanya rumahnya ada kurang lebih 40-an,” jawab Venansus.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pun menanyakan kembali rumah yang mereka tempati saat ini. Bupati Merauke Romanus Mbaraka menjelaskan bahwa pihaknya saat ini sedang mencarikan lahan untuk warga Suku Asmat tinggal.

“Jadi mereka ini tanahnya masih tanah numpang. TNI Angkatan Laut masih membantu. Tapi kita sedang cari tanah,” katanya.

Mendengar itu, Jokowi langsung memerintahkan agar Basuki bisa membantu membangun rumah yang layak untuk mereka. Nantinya kata Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut ada 44 KK yang akan menempati.

“Carikan tanah aja nanti menteri PU yang bangun. Jelas semuanya. Tanahnya Pak Bupati, bangunnya Pak PU. Berapa? 44 KK,” kata Jokowi kepada Bupati dan Basuki.

Sementara itu Venansus pun senang bisa berbicang dengan Jokowi dan mengutarakan keluh kesah warga Asmat. Dia mengatakan kepada Jokowi ingin mendapatkan rumah dan air yang layak.

“Saya minta bapak mohon rumah yang layak, air. Itu saja yang saya minta,” ungkapnya

Dia pun senang dan bangga mendengar Jokowi akan membangunkan rumah untuk mereka, yaitu dengan bantuan bupati dan PUPR.

“Saya bangga dan senang. Saya langsung berbicara dengan Bapak. Terima kasih Bapak, Tuhan memberkati,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini